Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) melibatkan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam melakukan penghitungan inflasi inti (core inflation) sejak tahun ini.
"Sejak tahun ini kita sudah bekerjasama dengan BPS untuk menghitung inflasi inti supaya lebih akuntable, sehingga orang tahu bahwa ini angka yang benar-benar dihitung," kata Peneliti Ekonomi Madya BI, Aida Budiman, dalam sebuah dialog publik di Jakarta Senin.
Selama ini BPS hanya menghitung inflasi berdasarkan indek harga konsumen (IHK), sedangkan BI menggunakan besaran inflasi inti untuk menghitung suku bunga BI (BI rate).
"Inflasi inti merupakan sinyal dari permintaan (demand). Apakah ada ancaman dari sisi permintaan atau tidak, apakah `out put gap` sudah mulai mengalami gangguan atau tidak?," katanya.
Sehingga, katanya, BI akan melihat IHK sebagai sebuah partner sesaat yang belum tentu akan direspon dengan perubahan suku bunga.
Penguatan rupiah
Tentang penguatan rupiah yang sedang terjadi, Aida Budiman mengatakan penguatan terjadi akibat masuknya dana-dana berbentuk portopolio yang harus disikapi secara hati-hati, terutama dari periode dana-dana tersebut masuk.
"Itu tergantung dari berapa lama dana tersebut masuk ke Indonesia. Sedangkan untuk demand atau permintaan diperkirakan triwulan pertama kebutuhan importir dan ekportir akan dolar meningkat," katanya.
Ditanya apakah penguatan rupiah akan berlangsung lama atau tidak, dia menolak menjawab secara langsung, namun dia mengingatkan ini bisa sementara atau permanen.
Aida juga mengingatkan kebijakan BI terkait inflasi tidak akan dikeluarkan dengan melihat inflasi hanya satu atau dua bulan saja.
"Kita akan melihat hingga empat - enam triwulan ke depan untuk menentukan apakah BI rate harus disesuaikan atau tidak," katanya.
Sementara itu, tentang penguatan mata uang regional terhadap dolar AS, ia menjelaskan BI menyadari kemungkinan bank sentral AS akan menaikkan suku bunganya hingga 4,5 atau 4,75 persen di semester pertama.
"Sehingga kemungkinan `global imbalances` akan mengemuka dan pelemahan dolar Amerika pada semester kedua akan semakin kuat," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006