Konferensi internasional keperawatan itu sendiri bertujuan mewujudkan Aceh sebagai daerah riset kelas dunia.

Banda Aceh (ANTARA News) - Organisasi perawat dari lima negara yakni Swedia, Norwegia, Thailand, Malaysia, dan Kanada dipastikan mengirim delegasinya untuk mengikuti konferensi internasional keperawatan yang akan diselenggarakan di Banda Aceh, 16-18 Juni 2011.

"Saya sudah memperoleh konfirmasi yang menyebutkan organisasi perawat di lima negara itu mengirimkan delegasinya dalam konferensi internasional," kata Ketua DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Aceh Saifuddin AR di Banda Aceh, Rabu.

Saifuddin mengatakan, konferensi internasional keperawatan yang pertama kali digelar di Aceh dan dibuka gubernur Irwandi Yusuf itu akan diikuti oleh sekitar 300 perawat dari seluruh provinsi di Indonesia.

Konferensi internasional keperawatan itu sendiri bertujuan mewujudkan Aceh sebagai daerah riset kelas dunia.

Konferensi bertema "Riset keperawatan dan peningkatan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan" itu bertujuan menyebarluaskan hasil penelitian keperawatan klinis yang dilakukan di negara-negara maju dan berkembang.

"Yang diharapkan dari konferensi itu adalah bagaimana upaya kita meningkatkan kualitas pelayanan perawat, khususnya di Aceh, sehingga memberi kepercayaan diri serta kemahiran perawat menghadapi tantangan kesehatan di masa mendatang," kata Saifuddin yang juga Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh.

Rangkaian konferensi itu juga akan digelar seminar sehari yang diikuti para akademisi dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia dan mancanegara. Para akademisi itu akan mempresentasikan hasil penelitian mereka tentang keperawatan.

Di pihak lain, para delegasi dari luar Aceh juga akan mengunjungi sejumlah objek wisata tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar, selain menyaksikan keindahan panorama alam di Kota Sabang.

Aceh merupakan salah satu wilayah terparah diterjang bencana alam tsunami, yang berdampak hancurnya berbagai infrastruktur publik serta rumah penduduk. Korban meninggal dunia lebih dari 200 ribu orang.

"Bencana dahsyat di abad 21 itu diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi semua orang, terutama para perawat tentang apa yang harus dilakukan jika di daerahnya juga terjadi bencana alam," kata Saifuddin. (A042)

(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011