London (ANTARA News) - Indonesia dan Austria mengelar dialog lintas agama (DLA) untuk ketiga kalinya yang diselenggarakan di kota Wina dan Salzburg, Austria sejak Senin (6/6) dan berakhir Jumat (10/6).
Dialog lintas agama membahas tanggung jawab negara, pemuka agama dan masyarakat dalam mengelola keberagaman dan kebebasan beragama, ujar Sekretaris Tiga KBRI Wina Luna Amanda Sidqi dalam keterangannya yang diterima ANTARA News London, Selasa.
Dialog tahun ini mengusung tema "Religious Pluralism, Freedom of Religion Responsibilities of State, Society and Religious Communities".
Acara pembukaan berlangsung di Akademi Diplomatik Wina (Diplomatische Akademie Wien/DA Wien) Senin dan terbuka untuk masyarakat umum.
Dalam sambutan pembukaannya, Wakil Direktur DA Wien, Ny Elizabeth Bertagnoli menyampaikan sejarah singkat pendirian DA Wien dan komitmen institusi tersebut dalam mendukung kegiatan DLA antara kedua negara yang dimulai sejak tahun 2009 lalu.
Dirjen Kebijakan Budaya Kemlu Austria, Dubes Martin Eichtinger mengharapkan agar dialog lintas agama kedua negara tahun ini dapat ditempatkan dalam konteks HAM, sekaligus mengajak Indonesia bekerjasama tidak saja di tataran bilateral, namun juga di tataran multilateral dalam kerangka Alliance of Civilization .
Sementara itu, Dirjen IDP Andri Hadi menyatakan bahwa DLA dirasakan telah memajukan kontak antar masyarakat (people to people contact) serta meningkatkan rasa saling menghargai dan memahami antar sesama umat beragama.
DLA antara Indonesia dan Austria telah menjadi model bagi negara lain dalam melakukan kerjasama DLA dengan Indonesia.
Dubes I Gusti Agung Wesaka Puja menyampaikan pentingnya kegiatan ini sebagai salah satu upaya pemberdayaan kaum moderat kedua negara, yang pada akhirnya dapat menciptakan perdamaian dan harmoni antarperadaban.
Delegasi RI antara lain Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kemlu RI, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, Kemenag serta tokoh agama dan akademisi .
Diantaranya Direktur Pasca-Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Prof DR. Azyumardi Azra, Romo Prof Dr Franz Magnis Suseno dari STF Dryarkara, Dr Fatimah Husein dari UIN Sunan Kalijaga/CRCS/UGM, Pendeta Lidya Kambo Tendirerung dari Sekolah Teologi Indonesia Timur dan Stephanus Harianto, jurnalis senior harian Kompas.
Kegiatan DLA tahun ini memiliki makna penting karena merupakan bentuk implementasi dari pernyataan bersama kedua negara tanggal 9 November 2010 lalu untuk bekerjasama di area lintas agama dan budaya, yang ditandatangani pada saat kunjungan kenegaraan Presiden Austria, Heinz Fischer ke Indonesia.
Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari kegiatan serupa yang dilakukan untuk pertamakalinya di Wina, Austria pada bulan Mei 2009 dan DLA ke-2 di Yogyakarta, Indonesia pada bulan September 2010 lalu.
Selama lima hari, dialog diisi antara lain dengan kegiatan simposium dan diskusi kelompok ahli, pertemuan bilateral masing-masing antara wakil pemerintah dan tokoh agama dari kedua Negara.
Selain itu juga diisi dengan kuliah umum di berbagai universitas baik di Wina maupun Salzburg serta kunjungan ke organisasi kemanusiaan yang berafiliasikan agama serta mengunjungi rumah peribadatan.
(H-ZG/B013)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011