Tanjung Canaveral (ANTARA News) - Pesawat penyelidik antariksa pertama NASA ke Pluto yang akan diluncurkan Selasa, akan menggunakan butiran plutonium radioaktif untuk menjadi sumber energi dari sebagian besar perjalanannya yang diperkirakan berlangsung sembilan tahun ke wilayah terjauh dari tata surya. Badan antariksa AS tersebut, yang mendapat protes akibat muatan plutonium itu, akan menggunakan roket terbesar dalam armada AS sebagai bagian rencana untuk melontarkan pesawat penyelidik kecil itu, kira-kira seukuran piano besar, ke medan gaya tarik raksasa Jupiter dalam perjalanan ke Pluto. Misi ke Pluto itu akan dimulai pada Selasa pukul 18:24 GMT (Rabu pukul 01:24 WIB). Kongres memberikan dukungan kepada misi New Horizons yang relatif murah itu, senilai 700 juta dolar, setelah membunuh usulan agar pesawat penyelidik itu mengandalkan propulsi bertenaga nuklir. Sebagai gantinya, New Horizins akan menggunakan propulsi bertenaga roket konvensional dari roket angkut berat Atlas 5 yang dibuat Lockheed Martin. Untuk tenaga listrik di dalam pesawat, pesawat penyelidik akan mengandalkan sumber yang sama seperti pesawat penyelidik Pioneer dan Voyager pada dasawarsa 1970-an. Obyek Sabuk Kuiper Para ilmuwan telah menyimpulkan dalam beberapa tahun belakangan ini bahwa Pluto bukan sebuah planet menurut pengertian yang sebenarnya. Pluto merupakan salah satu dari ribuan obyek seperti planet di kawasan jauh dari tata surya yang disebut Sabuk Kuiper. Obyek Sabuk Kuiper, yang juga mencakup bulan terbesar Pluto, Charon, dan dua satelit yang baru-baru ini diketemukan, jauh melebihi jumlah planet lingkar dalam -- Merkurius, Venus, Bumi dan Mars serta raksasa-raksasa gas dari sistem tata surya luar, Jupiter, Satunurs, Uranus dan Neptunus. Berbagai Obyek Sabuk Kuiper diyakini mengandung material yang sebagian besar tidak berubah sejak mereka terbentuk pada saat kelahiran tata surya, sekitar 4,6 miliar tahun lalu. "Mengkaji Pluto, Charon dan Obyek Sabuk Kuiper adalah kunci untuk memahami asal-usul dan evolusi tata surya," kata pemimpin tim ilmuwan Alan Stern dari Southewest Research Institute di Boulder, Colorado, seperti dilaporkan Reuters. Jika NASA meluncurkan New Horizons sebelum 2 Pebruari, pesawat penyelidik akan berada dalam posisi untuk terbang dekat Jupiter dalam setahun dan dan memperoleh kecepatan dalam manuver ketapel ke medan gravitas Jupiter. Dorongan itu akan memungkin pesawat penyelidik terbang dekat Pluto pada Juli 2015. Kalau tidak, perjalanan akan berlangsung sampai 2018 paling cepat. (*)
Copyright © ANTARA 2006