Kolombo (ANTARA News) - Sri Lanka hari Senin membuka sebuah menara komunikasi yang akan menghidupkan lagi siaran televisi dan radio di wilayah utara setelah selama lebih dari 20 tahun tanpa sinyal akibat perang.
Presiden Mahinda Rajapakse meluncurkan menara baru itu di Kokavil, 320 kilometer dari Kolombo, dua tahun setelah pasukan pemerintah menumpas separatis Macan Tamil.
Menara sebelumnya dikuasai oleh gerilyawan Macan Tamil pada 1990, yang memutuskan semua siaran serta komunikasi radio bagi pasukan keamanan yang berperang di kawasan tersebut.
Gerilyawan menyiarkan program Tamil mereka sendiri, meski beberapa penduduk memperoleh akses siaran lain melalui satelit.
Menara baru itu akan menyiarkan saluran-saluran pemerintah serta swasta, dan juga digunakan untuk telefon genggam, Internet serta operasi militer, kata kantor presiden.
Penduduk minoritas Tamil menyatakan, mereka masih terabaikan dan didiskriminasi oleh pemerintah meski perang telah berakhir pada 2009.
Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei 2009 mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.
Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.
Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.
Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.
Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.
Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.
Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.
Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.
PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.
Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.
Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. Mayoritas penduduk Sri Lanka adalah warga Sinhala, demikian AFP melaporkan. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011