London (ANTARA News) - Harga minyak turun pada Senin waktu setempat karena para pedagang mengambil keuntungan dan bersiap melangkah untuk pertemuan penting OPEC pekan ini di Wina.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli, merosot 74 sen menjadi 99,48 dolar AS per barel.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli melemah sebesar 92 sen menjadi 114,92 dolar AS pada akhir transaksi sore di London.
Pasar telah merosot tajam pada Jumat setelah publikasi data pekerjaan AS untuk Mei mengecewakan tetapi pulih pada sore hari untuk kerugian yang moderat.
Data tenaga kerja AS yang mengecewakan pasar "akan meningkatkan tekanan terhadap OPEC untuk meningkatkan kuota produksi" pada pertemuan di Wina, Rabu, kata analis Carsten Fritsch dari Commerzbank.
"Badan Energi Internasional kembali mendesak OPEC pada Jumat untuk meningkatkan produksi minyak. OPEC sendiri terpecah atas masalah ini," katanya.
Ke-12 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan bertemu Rabu di Wina di tengah berkembangnya kekhawatiran bahwa harga tinggi lebih lanjut dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dunia yang terhuyung-huyung dan permintaan energi.
"Perdebatan tentang kenaikan kuota mungkin akan menekan harga menjelang pertemuan OPEC," kata Fritsch.
"Investor keuangan spekulatif tampaknya menghitung lebih lanjut tentang kemungkinan peningkatan kuota produksi."
IEA ingin OPEC meningkatkan produksi dan mencegah terjadinya lonjakan harga yang merusak, dengan permintaan musiman dibentuk untuk menguat dalam beberapa bulan mendatang karena belahan bumi utara memasuki musim panas.
Sejauh tahun ini, harga minyak Brent telah meningkat sekitar 21 persen, sebagian besar akibat penyebaran kerusuhan di Timur Tengah dan wilayah Afrika Utara yang memproduksi minyak mentah --dan khususnya di anggota OPEC Libya.
Pada saat yang sama, data ekonomi global yang cenderung turun telah menunjukkan bahwa pemulihan sedang berusaha susah payah dan ini mempersulit prospek.
Harga minyak menghadapi pasar yang skeptis khususnya tentang kemampuan ekonomi Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia, untuk menjaga tingkat permintaan.
Kekhawatiran semacam itu meningkat minggu lalu dengan data ekonomi lainnya, terutama di sektor perumahan dan lapangan kerja serta stok minyak AS yang luar biasa tinggi.
Ekonomi AS menghasilkan 54.000 pekerjaan baru pada Mei, satu seperempat dari kecepatan selama empat bulan sebelumnya, memicu kekhawatiran baru negara itu menghadapi masa pertumbuhan lambat yang diperpanjang dan konsumsi minyak yang lebih rendah.
"Saya berharap OPEC mempertahankan kuota tidak berubah, daripada menaikkannya, mengingat bukti bahwa permintaan global melambat," kata analis Julian Jessop dari Capital Economics.
"Ada spekulasi di pasar bahwa mereka akan melakukan sesuatu untuk mengakui masalah pasokan di Libya."
Kartel minyak, yang memproduksi 40 persen minyak mentah dunia, telah mempertahankan target produksi sebesar 24,84 juta barel per hari sejak awal 2009. (A026/B012/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011