Serangan-serangan itu dilakukan hanya beberapa hari setelah para pejabat Pakistan menyatakan yakin bahwa komandan senior Al-Qaida Ilyas Kashmiri tewas dalam serangan serupa pada Jumat malam, juga di Waziristan Selatan yang berbatasan dengan Afghanistan.
Serangan pertama menewaskan tujuh militan pada Senin dinihari di Shalam Raghzai, 10 kilometer sebelah baratlaut Wana, kota utama di Waziristan Selatan.
Serangan kedua menghantam sebuah bangunan di Wacha Dana, 12 kilometer sebelah baratlaut Wana, menewaskan delapan militan, kata beberapa pejabat Pakistan.
Serangan ketiga dilancarkan delapan jam kemudian di daerah Dray Nishtar, yang terletak di perbatasan dengan Waziristan Utara pukul 10.45 (pukul 12.45 WIB), sekitar 30 kilometer dari lokasi kedua serangan sebelumnya.
"Sebuah pesawat tak berawak AS menembakkan dua rudal ke sebuah kendaraan militan yang menewaskan tiga pemberontak," kata seorang pejabat keamanan senior Pakistan kepada AFP mengenai serangan ketiga.
Seorang pejabat lain memperingatkan bahwa angka kematian bisa naik. Jumlah korban tewas 18 dalam serangan-serangan itu membuat Senin menjadi hari paling mematikan dalam serangan pesawat tak berawak AS di Pakistan sejak gempuran rudal AS menewaskan sedikitnya 35 orang pada 17 maret.
Menurut beberapa pejabat keamanan, lima militan Asia tengah dan delapan militan Punjabi termasuk diantara mereka yang tewas dalam serangan Senin.
Pesawat-pesawat tak berawak AS dikabarkan melancarkan 12 serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei.
Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.
AS pada 2010 menggandakan serangan rudal di kawasan suku Pakistan, dan lebih dari 670 orang tewas dalam sekitar 100 serangan sepanjang tahun itu. Pada 2009, 45 serangan semacam itu menewaskan 420 orang, menurut hitungan AFP.
Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.
AS menyebut kawasan suku Pakistan sebagai markas global Al-Qaida dan salah satu tempat paling berbahaya di Bumi.
Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaida melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.
Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.
Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaida dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011