Jakarta (ANTARA) - Para peneliti China menemukan terdapat risiko perkawinan sedarah pada populasi harimau Amur liar China yang dapat memengaruhi kelangsungan hidup berkelanjutan hewan tersebut.
Perkawinan sedarah cenderung berpotensi terjadi pada populasi kecil yang terisolasi dan terancam punah.
Pada tahun 1990-an, populasi harimau Amur di China mengalami penurunan yang parah, dengan hanya lebih dari 10 harimau tercatat pada akhir abad ke-20. Setelah berbagai upaya konservasi yang efektif, lebih dari 20 anak harimau Amur ditemukan di China dalam lima tahun terakhir.
Kendati demikian, para peneliti dari Universitas Kehutanan Timur Laut menemukan bahwa populasi yang pulih itu berisiko mengalami perkawinan sedarah karena ukuran populasinya yang kecil.
Menurut para peneliti, status perkawinan sedarah dalam spesies tersebut belum dievaluasi, dan hubungan antara perkawinan sedarah dan kesehatan pada satwa liar terbilang masih kurang dipahami.
Berdasarkan 150 sampel genetik yang dikumpulkan dari habitat utama harimau Amur di China, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Animal Conservation itu menganalisis tingkat perkawinan sedarah, Major Histocompatibility Complex (MHC) polimorfisme, infeksi parasit, serta struktur dan fungsi mikroba usus dalam populasi itu, dan kemudian mengeksplorasi pengaruh perkawinan sedarah pada sifat-sifat ini.
Hasilnya menunjukkan bahwa populasi harimau Amur di China telah mencapai tingkat perkawinan sedarah yang moderat dan terdapat interaksi langsung antara intensitas perkawinan sedarah dan beban parasit dan mikrobiota usus, menurut Jiang Guangshun, pemimpin tim peneliti sekaligus profesor di universitas tersebut.
Jiang mencatat bahwa penelitian ini memberikan peringatan dini untuk kesehatan populasi harimau Amur, serta dapat mempromosikan kerja sama ekologi internasional dan pengenalan kembali individu-individu baru untuk mengurangi tekanan perkawinan sedarah yang nyata.
Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2021