Lima (ANTARA News/Reuters-Xinhua-OANA) - Tokoh nasionalis sayap-kiri Ollanta Humala mengungguli anggota parlemen utama dari sayap-kanan Keiko Fujimori dalam pemilihan presiden di Peru, demikian penghitungan cepat pada Ahad (5/6), setelah pemungutan suara berakhir.
Kelompok jajak pendapat Ipsos memperlihatkan Humala meraih 51,5 persen suara dan Keiko Fujimori mengantungi 48,5 persen, setelah penghitungan sampel 90 persen suara dari berbagai tempat pemungutan suara.
Sementara itu, jutaan warga di seluruh negara Amerika Selatan itu mendatangi tempat pemungutan suara dengan harapan presiden baru akan membawa kemakmuran dan mengurangi kemiskinan.
Namun pemilihan umum tersebut ditandai dengan serangan pribadi yang keras dan visi dua partai politik yang mengancam bisa memecah negeri itu --yang berpenduduk 30 juta warga.
Jajak pendapat selama berpekan-pekan telah memperlihatkan pemilih telah terpecah antara pesiunan panglima militer, Ollanta Humala, dan Keiko Fujimori, putri mantan presiden yang kini mendekam di penjara, Alberto Fujimori. Rakyat Peru, dari pendukung kedua calon, sangat prihatin mengenai masa depan negara mereka, jika calon mereka tak menang.
Tapi mereka semua berharap presiden baru Peru akan dapat memastikan bahwa keuntungan dari bertahun-tahun pertumbuhan kuat ekonomi Peru belakangan ini akan menyentuh semua rakyat Peru. Serta calon yang akan menggantikan Presiden bertahan (incumbent) Alan Garcia sebagai presiden pada 28 Juli akan membawa peningkatan sosial nyata bagi negeri itu, demikian laporan Xinhua, yang dipantau ANTARA News di Jakarta, Senin.
"Masalahnya ialah Alan Garcia belum berbuat banyak buat 48 persen warga yang tak memberi suara buat dia dan bagi kebanyakan dari mereka, keajaiban ekonomi Peru belum membawa kemakmuran apapun," kata Martin Montauban, pengusaha setempat di kabupaten Miramontes, Lima. (Uu.SYS/B/A011/C/A011) (*)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011