Herat, Afghanistan (ANTARA News) - Pihak berwenang Afghanistan menyatakan, Minggu, mereka telah menangkap 11 orang yang dituduh melakukan serangan mematikan terhadap tim pembangunan kembali yang dipimpin Italia di Afghanistan barat.
Sedikitnya empat orang tewas dalam dua ledakan di kota Herat bulan lalu.
Salah satu bom itu menyerang Tim Rekonstruksi Provinsi (PRT), sementara yang satunya meledak di sebuah daerah ramai di kota itu. Kedua pemboman itu diklaim oleh Taliban.
Daud Sabbah, gubernur provinsi Herat, mengatakan, 11 orang "yang merencanakan dan melakukan serangan-serangan itu telah ditangkap".
Ia mengatakan kepada wartawan, termasuk diantara mereka adalah seorang pria "yang meledakkan bom di pusat kota, dekat Lapangan Bioskop".
Menurut gubernur itu, pasukan keamanannya juga menangkap seorang tersangka militan yang akan menyerang konsulat AS. Pria itu memakai seragam polisi ketika ditangkap, katanya.
Serangan-serangan meningkat lagi di sejumlah daerah di Afghanistan akhir-akhir ini.
Dalam satu salah satu hari paling mematikan, tujuh prajurit ISAF pimpinan NATO tewas dalam serangan bom di Afghanistan selatan pada 26 Mei.
Lebih dari 220 prajurit asing tewas dalam serangan-serangan di Afghanistan sepanjang tahun ini.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.
Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit asing yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi gerilyawan Taliban.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011