Sanaa (ANTARA News) - Para demonstran muda merayakan apa yang mereka katakan jatuhnya rezim Yaman, Minggu, setelah Presiden Ali Abdullah Saleh meninggalkan negara untuk perawatan medis di Arab Saudi.

"Hari ini Yaman lahir kembali," teriak puluhan pemuda di Lapangan Universitas Sanaa yang dijuluki Lapangan Perubahan dan menjadi pusat konsentrasi aksi-aksi demonstrasi menentang rezim Saleh sejak Januari.

"Ini dia, rezim telah jatuh," teriak pemuda lainnya.

Saleh, yang terluka akibat ledakan ketika sedang salat di sebuah masjid di dalam istana presidennya, Jumat, dipindahkan ke Arab Saudi untuk perawatan medis Sabtu malam, kata seorang pejabat Saudi seperti dikutip Reuters.

Pemimpin yang diperangi itu menderita "luka bakar dan goresan pada wajah dan dada," kata seorang pejabat setelah putusan Kongres Rakyat Umum mengatakan bahwa dia "luka ringan di bagian belakang kepala."

Di Sanaa, sumber istana presiden hanya menegaskan keberangkatan

Saleh, yang berdasarkan konstitusi akan digantikan oleh Wakil Presiden Abdel Rabbo Mansur Hadi, tidak hadir dalam acara (pengalihan kekuasaan) tersebut.

Dari Dubai, Reuters memberitakan, mengutip sumber-sumber di Saudi, Presiden Yaman yang terluka itu tiba Arab Saudi untuk perawatan luka-luka menyusul serangan roket terhadap istana presiden Jumat lalu.

"Dia baru saja mendarat di Arab Saudi," kata sumber yang meminta tak disebutkan jatidirinya. Dia mengatakan Saleh telah diterbangkan ke Riyadh, ibu kota kerajaan Saudi, dan langsung dibawa ke rumah sakit militer.

Saleh, yang dievakusi dengan pesawat medis Saudi disambut seorang pejabat senior Saudi, berjalan dari pesawat, akan tetapi terlihat cedera pada leher, kepala dan wajahnya, kata sumber kedua kepada Reuters.

Sebuah pesawat Yaman kedua yang menyertai Saleh membawa sekitar 35 orang di kapal, kata sumber kedua, dan menambahkan pesawat ketiga diperkirakan segera tiba.

Televisi Al Jazeera mengatakan Saleh telah dipindahkan ke rumah sakit militer setelah mendarat di Pangkalan Udara King Khalid.

Negara-negara besar telah mendesak Saleh untuk menandatangani perjanjian yang diperantarai negara-negara Teluk untuk mengakhiri hampir 33 tahun kekuasaannya di salah satu negara paling miskin di dunia Arab itu.

Tujuh orang lainnya tewas dalam serangan orang-orang suku bersenjata dan oposisi yang melukai Saleh yang menghadapi tekanan untuk mundur.

Kepergiannya meninggalkan Yaman yang lagi tidak stabil meskipun untuk perawatan medis, dapat mempersulit Saleh untuk memperoleh kembali kekuasaannya.(*)

H-AK/H-RN

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011