Banjarmasin (ANTARA News) - Bekantan di Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, bertambah tujuh ekor setelah beberapa induk melahirkan di lingkungan kawasan konservasi yang sebelumnya rusak parah tersebut.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan Bambang Dahono Adji mengatakan, kelahiran tujuh ekor bekantan Pulau Kembang adalah kabar menggembirakan mengingat saat ini hewan khas Kalimantan Selatan itu terancam punah.

"Itu bisa menjadi pertanda mulai membaiknya kondisi lingkungan di daerah tersebut," sambungnya.

Sebelumnya, kawasan konservasi tersebut rusakparah akibat lalu lintas tongkang batu bara yang hilir mudik di daerah itu. Bahkan kapal tongkang itu sering sengaja ditabrakkan ke Pulau Bakut untuk ditambatkan.

Kegiatan itu tidak hanya merusak kawasan konservasi tetapi juga membuat populasi "monyet Belanda", sebutan lain bekantan tersebut kabur, berkurang.

Menurut catatan terakhir BKSDA populasi bekantan di Pulau Bakut tersisa 12 ekor, Pulau Kembang enam ekor dan Pulau Kaget 36 ekor. Jumlah tersebut berkurang hingga 50 persen dari jumlah saat kondisi kawasan itu belum rusak.

Khusus populasi bekantan di Pulau Bakut terdesak oleh populasi kera jenis lain yang berjumlah 650 ekor. Bekantan yang terdesak, kemudian berenang ke luar dari Pulau Bakut.

Usaha menyelamatkan hewan-hewan langka di daerah kaya sumber daya alam ini gencar dilakukan dengan cara merazia perburuan hewan langka dan penebangan pohon ilegal.(*)

U004/S019

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011