bagian dari upaya melakukan vaksinasi bagi masyarakat, agar imun dari virus kebencian di dunia maya akibat beredarnya berbagai berita bohong di ruang digital.Depok (ANTARA) - Sejumlah Pegiat Literasi Digital sepanjang tahun 2021 telah menghasilkan 15 karya modul dan buku tentang literasi digital di antaranya 9 Modul Privasi Perlindungan Diri dalam 9 edisi Bahasa Daerah yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Minang, Aceh, Palembang, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
“Pandemi 2020 lalu telah menghantarkan masyarakat kita menjadi mendadak digital, dimana ruang digital selain menghadirkan “madu”, namun juga disertai “racun” yaitu tantangan 8 P: penghilangan data pribadi, perjudian online, perdagangan manusia dan narkoba, pornografi, perundungan, penipuan keuangan online, praktik kecanduan gawai dan budaya koruptif di ruang digital dan penyebaran berita bohong,” ujar Founder Klinik Digital Vokom dan DMP Devie Rahmawati, dalam keterangannya, Kamis.
Dikatakan, modul dan buku tersebut diproduksi sebagai bagian dari upaya melakukan vaksinasi bagi masyarakat, agar imun dari virus kebencian di dunia maya misalnya, akibat beredarnya berbagai berita bohong di ruang digital.
Dalam studi yang dilakukan tahun 2020, ditemukan bahwa bahkan sebagian masyarakat saja merasa bahwa media sosial adalah media yang memiliki jurnalis atau wartawan.
"Sehingga ketika berita bohong beredar di media sosial, masyarakat pun berpikir itu adalah kebenaran, karena mereka berkeyakinan bahwa media sosial juga institusi media yang profesional, karena merupakan media atau seperti kantor berita," Devie Rahmawati, yang juga pengajar dan peneliti tetap Vokasi UI.
"Luas dan beragamnya Indonesia, tentu saja membutuhkan konten dan komunikasi yang mampu diperhatikan, didengar dan dipahami oleh berbagai corak dan ragam masyarakat. Inilah yang kemudian mengilhami kami untuk membuat modul literasi digital dalam berbagai Bahasa Daerah. Kami percaya, dengan kedekatan materi dengan latar belakang sosio kultural, pesan akan lebih mudah ditangkap dan dilakoni, “ kata Devie Rahmawati, yang juga Pembina Komunitas Mahasiswa Fact Checker UI
Para pegiat literasi digital tersebut berasal dari berbagai institusi dan komunitas yang terus berkolaborasi menghasilkan panduan hidup di ruang digital yaitu Devie Rahmawati, Mila Viendysari, Rienzy Kholifatur R dari Klinik Digital Vokom dan Digital Makara Project (DMP); Rizky Ameliah, Rangga Adi Negara dan Indriani Rahmawati, yang merupakan Tim Literasi Digital Kementerian Kominfo dan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi; serta Giri Lumakto dari Mafindo.
Baca juga: Literasi digital penting bagi perlindungan konsumen belanja daring
Baca juga: Masyarakat kian melek digital dan berani untuk laporkan konten negatif
Adapun judul modul dan buku yang diproduksi sepanjang 2021 ini ialah Modul Strategi Hidup di Dunia Digital; Keamanan di Dunia Digital; Literasi Digital Keluarga; Rahasia Hidup Sehat dan Selamat di Ruang Digital; Pelatihan Dasar CPNS serta Buku Nimfa Kebencian di Dunia Digital.
Koordinator Literasi Digital sekaligus Wakil Ketua GNLD Siberkreasi Rizky Ameliah mengatakan siberkreasi sebagai wadah kolaborasi lebih dari 119 institusi dan komunitas pegiat literasi digital, semenjak 2017, bersama Kominfo, membangun GNLD yang bertujuan meningkatkan kesadaran, pendidikan dan pengalaman masyarakat di dunia digital.
Awal tahun 2021, Siberkreasi bersama Japelidi dan Kominfo telah meluncurkan empat modul literasi digital (ketrampilan, keamanan, etika dan budaya), yang kemudian sudah disampaikan kepada lebih dari 12.500.000 masyarakat lewat pelatihan Makin Cakap Digital. Tentu saja, modul-modul tersebut perlu diperluas dan diperkuat dengan kehadiran modul atau panduan teknis lainnya, agar masyarakat digital Indonesia yang berdaya dapat terwujud.
Co – Founder Digital Makara Project (DMP) Mila Viendyasari mengatakan kami bergotong royong menghasilkan 15 modul dan buku ini, yang isinya dimaksudkan memberikan panduan sederhana yang dapat dengan mudah diikuti oleh berbagai kalangan baik di perkotaan maupun pedesaan.
Dari mulai bagaimana memggunakan perangkat digital, memproduksi konten, bernavigasi di kanal komunikasi digital, memahami piranti keras, berpikir kritis, memverifikasi dan mendistribusi informasi, berpartisipasi dalam diskusi digital serta taktik berkolaborasi yang sehat di ruang digital,” tambahnya.
“Berbagai materi ini dapat diperoleh masyarakat secara gratis di literasidigital.id Kami ingin, siapapun tanpa terkecuali dapat memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sama. Karena pada tahun 2024, Kementerian Kominfo dan Siberkreasi berharap minimal 50 juta masyarakat sudah terliterasi digital,” tambah Rizky Ameliah, yang akrab dipanggil Kiki.
Baca juga: Festival Literasi Digital Kominfo diikuti ribuan peserta
Baca juga: Kominfo terus gencarkan literasi digital cegah hoaks di masyarakat
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021