Jakarta (ANTARA News) - Pakar politik Universitas Indonesia, Emmanuel Tular, di Jakarta, Jumat, mengatakan, orasi Pancasila oleh tiga Presiden pada forum perayaan Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni 2011 lalu, seperti "pidato pertobatan" setelah melihat kondisi obyektif kekinian.
"Substansinya mirip. Uniknya, ketiganya (Presiden ke-3 RI, Prof Dr Ing BJ Habibie, Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono) sepertinya sedang membawakan kata-kata pertobatan terhadap Bung Karno," ujarnya.
P:idato mereka pada Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2011 itu seperti mempertegas kembali atau bahkan terkesan mengulang apa yang pernah dipidatokan Bung Karno pada 1 Juni 1945.
"Kerangka dasar yang telah diletakkan oleh Bung Karno ketika berpidato di hadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritzu Zuumbi Tsozakay), dicoba dielaborasi dalam model refleksi serta kontemplatif oleh ketiganya," katanya.
Sayang, demikian Emmanuel Tular, di saat ketiga presiden ini berkuasa, banyak nilai-nilai Pancasila cetusan Bung Karno itu tidak dipakai, baik di bidang perumusan kebijakan politik, ekonomi, hukum, keamanan serta kesejahteraan sosial.
"Akibatnya, tak ada yang mau bertanggungjawab ketika kini muncul kelompok radikal agama dan keinginan menjadikan Negara Indonesia negara berdasarkan syariat Islam atau ketika sistem perekonomian, moneter, finansial telah semakin dikuasai neo-kolonialisme," tandasnya.
Akibatnya, Emmanuel Tular menilai, ketiga presiden hanya bisa mengungkap keprihatinan dan ajakan untuk kembali kepada Pancasila.
Emmanuel Tular lalu mempertanyakan pimpinan negara di era reformasi yang menerima rekomendasi penghapusan pendidikan Pancasila dan penghapusan Penataran P4.
"Bukankah saat itu mereka yang sedang berpidato saat ini, yang menghapus pendidikan Pancasila itu," tanyanya lagi.(*)
M036/S019
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011