"Pemberitaan di media massa terutama media televisi tidak sesuai dengan kondisi yang ada dan hal itu menyebabkan wisatawan takut berkunjung ke objek wisata Dieng," kata Ketua Paguyuban Hotel dan "Homestay" Dieng Wetan, Sukur Suyanto (65), di Banjarnegara, Jumat.
Menurut dia, kondisi di kawasan objek wisata Dieng sebenarnya tidak ditutup dan aman dari gas beracun yang keluar dari Kawah Timbang karena letaknya cukup jauh atau sekitar 20 kilometer.
Ia mengungkapkan, akibat pemberitaan yang tidak sesuai tersebut, jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel di kawasan objek wisata Dieng mengalami penurunan hampir 50 persen.
Ia mencontohkan, dari 12 kamar yang tersedia di "Homestay Lestari" miliknya, dua beberapa diantaranya tidak terisi padahal sudah dipesan pada liburan cuti bersama ini.
"Beberapa wisatawan membatalkan rencana berlibur ke objek wisata Dieng karena takut setelah melihat pemberitaan di televisi," ujarnya.
Pengelola Hotel Gunung Mas yang lokasinya berada di depan gerbang objek wisata Candi Dieng, Eny (45), juga mengaku tingkat hunian hotel mengalami penurunan cukup drastis.
"Biasanya pada liburan seperti saat ini, tingkat hunian hotel meningkat dan terpaksa menolak penyewa kamar, namun saat ini tidak," katanya.
Ia mengatakan, orang-orang yang menginap di hotelnya saat ini bukan wisatawan melainkan beberapa pihak yang berkepentingan dengan keluarnya gas beracun dari Kawah Timbang seperti petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan jurnalis.
"Hal itu mungkin karena lokasi hotel yang paling dekat dengan Kawah Timbang, meskipun berjarak sekitar 12 km," ujar pengelola hotel yang menyediakan 20 kamar itu.
Salah seorang penyewa kamar di "Homestay Lestari", Ema Yuliani Utami (20), yang datang ke kawasan Dieng untuk melakukan penelitian tentang anak gimbal di daerah tersebut, mengaku tidak khawatir dengan gas beracun.
"Saya dan teman-teman tidak takut karena lokasi kami menginap jauh dengan titik keluarnya gas beracun," kata warga Solo tersebut.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011