-

Jakarta (ANTARA News)- Prihatin dengan kondisi ketahanan pangan dunia yang kian kritis, Oxfam, organisasi internasional non-pemerintah, meluncurkan sebuah kampanye global bertajuk 'Grow' untuk mewujudkan bagi dunia yang bebas dari kelaparan.

Kampanye yang diluncurkan secara global itu menjadi sangat mendesak karena berdasarkan studi yang dilakukan Oxfam, diperkirakan pada tahun 2030 sembilan miliar populasi dunia akan menderita kelaparan.

"Pada tahun 2010 saja, menurut laporan dari FAO (Food and Agriculture Organization), diperkirakan satu miliar orang menderita kelaparan. Artinya satu dari tujuh orang di dunia tidur dalam keadaan lapar," kata Roysepta Abimanyu, Manajer Kebijakan, Advokasi, dan Kampanye Oxfam dalam sebuah diskusi di Bakoel Koffie, bilangan Cikini, Jakarta, Rabu.

Ironisnya dari seluruh populasi dunia yang mengalami kelaparan, sekitar 50 persen adalah petani yang selain menjadi produsen bahan pangan juga ternyata menjadi konsumen komoditas mereka sendiri.

Lebih aneh lagi, sebagian besar warga dunia yang menderita kelaparan justru berada di kawasan Asia Pasifik yang nota bene adalah penghasil pangan terbesar di dunia.

"Sekitar 578 juta orang di kawasan Asia Pasifik menderita kelaparan, diikuti oleh Afrika dengan 279 juta orang, lalu Amerika dan Karibia sejumlah 53 juta orang, serta negara-negara maju sebesar 19 juta orang," papar Roy lebih lanjut.

Kondisi penuh ironi itu tidak hanya terjadi di tataran global. Di Indonesia situasi itu telah berlangsung lama. Kelompok Aliansi untuk Desa Sejahtera, mengutip data Badan Ketahanan Pangan, mencatat bahwa jumlah rakyat Indonesia yang menderita rawan pangan mencapai 65,34 juta orang.

Padahal Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi beras tertinggi di dunia, dengan rata-rata tingkat konsumsi beras 139 kilo gram perorang pertahun. Artinya, secara ideal orang Indonesia mendapat pasokan kalori 3.907 dan protein 85,32 gram perhari.

"Seharusnya angka itu sudah cukup untuk membuat setiap orang Indonesia menderita obesitas," kata Tejo Wahyu Djatmiko, kordinator Aliansi untuk Desa Sejahtera.
(Ber/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011