Banda Aceh (ANTARA News)- Selama tahun 2005, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sering diguncang gempa bumi dan tercatat sebanyak 8.893 kali gempa dengan kekuatan bervariasi, yakni antara 4,5 skala Richter (SR) sampai 6,8 SR. Staf stasiun Geofisika Mata Ie, Aceh Besar, Nya` Muyasser di Banda Aceh, Jumat, menyebutkan gempa yang terjadi sepanjang tahun 2005 termasuk gempa susulan, setelah gempa utama akhir 2004 berkekuatan 8,9 pada skala richter. Sepanjang tahun 2004 tercatat 863 kali gempa, namun yang dirasakan manusia hanya 83 kali dengan kekuatan terendah 4,5 SR dan terkuat terkuat 26 Desember 2004 yang disertai dengan bencana gelombang tsunami. Menurut Muyasser, sepanjang Januari 2005 tercatat 1.149 kali gempa, namun yang dirasakan manusia hanya 61 kali, sedangkan lainnya kekuatan rata-rata dibawah 5,0 pada SR, sehingga tidak dirasakan manusia. Selama Februari yang terekam pada Seismograph Mata Ie sebanyak 640 kali, namun yang dirasakan manusia hanya 61 kali, sedangkan pada Maret frekwensi gempa bumi meningkat menjadi 663 kali, tapi hanya 29 kali dirasakan manusia. "Yang lebih banyak terjadi gempa selama tahun 2005 adalah sepanjang April, yakni mencapai 1.142 kali, namun yang kekuatan diatas 5,7 SR sebanyak 20 kali," tambahnya. Gempa susulan lainnya juga dirasakan sepanjang Mei 930 kali, Juni 784, Juli 961, Agustus 691, September 567, Oktober 485, Nopember 435 dan Desember 446 kali, hingga total seluruhnya selama tahun 2005 sebanyak 8.893 kali. "Dari 8.893 kali gempa yang tercatat pada seismograph Mata ie hanya 305 kali yang dirasakan manusia, termasuk mereka dalam kesibukan," katanya. Muyasser yang juga sebagai petugas Pemantau Meteorologi dan Geofisika (BMG) pada Stasiun Geofisika Mata Ie menyebutkan, Aceh sering diguncang gempa bumi karena letakanya pada posisi sesar Sumatera yang rawan gempa gempa. Sebetulnya, katanya, sepanjang gugusan Bukit Barisan terdapat dua jalur gempa, yakni gempa darat mulai dari Aceh hingga Lampung, sedangkan gempa laut (jalur laut) juga sama mulai dari arah barat Pulau Sumatera, yakni Aceh dan Lampung. Menjawab pertanyaan tentang frekwensi gempa pada tahun 2006, ia memperkirakan masyarakat di Aceh masih akan tetap merasakan getaran gempa, namun kekuatannya tidak bisa diramal, namun tidak akan terjadi tsunami susulan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006