Jakarta (ANTARA News) - Mungkinkah seorang kepala negara mengurus sendiri pekarangan rumahnya? Jawabannya, mungkin saja. Paling tidak, itu adalah pengakuan seorang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan warga Pontianak, Kalimantan Barat.

Saat itu, Yudhoyono "membocorkan" salah satu kegemarannya, yaitu bercocok tanam di pekarangan rumahnya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

Salah satu tanaman kesayangannya adalah cabai. "Cabai kepresidenan" ini bukan sembarangan. Jenis tanaman perdu berbiji pedas ini didatangkan langsung dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Saya pesan, dikirim dari NTT," katanya.

Menurut Yudhoyono, cabai yang satu ini istimewa. Ukurannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu panjang, warnanya pun tidak seperti cabai pada umumnya.

Namun, kata presiden, soal rasa jangan ditanya."Pedesnya seperti setan," kata Yudhoyono yang disusul dengan tawa sejumlah orang.

Saking sayangnya dengan tanaman itu, presiden merawatnya hingga tumbuh besar, jauh lebih besar daripada ketika dikirim dalam bentuk bibit dari NTT.

Keberadaan cabai NTT di Cikeas itu terkait dengan pekerjaan sehari-hari Yudhoyono sebagai seorang presiden.

Dia kemudian bercerita tentang pengalamannya setiap kali Hari Raya Idul Fitri tiba. Setiap kali menjelang lebaran, katanya, dia mengumpulkan sejumlah menteri untuk menggelar rapat kabinet.

Rapat itu membahas berbagai hal. Namun, hal yang paling sering dibahas adalah kenaikan harga bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya. "Termasuk harga cabai," kata Yudhoyono.

Dia mengatakan, kenaikan harga cabai sering dikeluhkan oleh masyarakat. Hal itu tidak perlu terjadi jika stok cabai mencukupi. Di sinilah peran serta masyarakat diperlukan, katanya.

Presiden yang gemar memasak nasi goreng itu menganggap menanam tanaman berdayaguna tidaklah merugikan.

Hal itu dimulai dari sesuatu yang paling kecil, yaitu pekarangan rumah. Kegiatan itu akan memberikan manfaat ganda, yaitu penghijauan dan sebagai upaya meringankan beban keluarga jika kondisi perekonomian sedang tidak bersahabat.

"Hasilnya bisa dimanfaatkan keluarga, jika lebih bisa dijual," katanya.

Presiden berada di Pontianak untuk menghadiri peringatan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) VIII dan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-39 Tingkat Nasional 2011.

Presiden hadir dalam acara di Pontianak dengan didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri. Dalam acara itu, Presiden juga berdialog dengan sejumlah lurah, pemuka agama, serta anggota Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Perkarangan.

Pembangunan ekonomi
Menurut Yudhoyono, pembangunan ekonomi keluarga bisa dimulai dari pekarangan. Jika hal itu menjadi sebuah gerakan bersama, maka dampaknya akan beguna bagi perekonomian bangsa.

Presiden menjelaskan, pembangunan dan upaya menurunkan jumlah warga miskin jangan hanya didasarkan pada hukum ekonomi dan mekanisme pasar.

Menurut presiden, semua pihak harus bekerjasama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Untuk memperluas, memperkuat, dan mempercepat pembangunan, Yudhoyono meminta rakyat untuk selalu menjaga jati diri bangsa.

Menurut Yudhoyono, jati diri rakyat Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat yang cinta damai, saling menghargai, menjunjung tinggi tata krama dan kearifan lokal.

"Jangan sekali-kali meninggalkan jati diri, nilai, dan kepribadian bangsa," katanya.Berbekal jati diri bangsa dan gotong royong, menurut presiden, peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai.
(F008/H-KWR)

Oleh F.X. Lilik Dwi Mardjianto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011