Jakarta (ANTARA News) - Aktris senior Widyawati mengaku makin selektif menerima peran untuk sebuah film karena ia merasa karakter pada film dapat mempengaruhi cara pandang penonton terhadapnya.

"Jujur saya akhirnya menolak sebuah tawaran main film karena saya merasa peran itu tidak sesuai untuk saya," katanya di Jakarta, Senin.

Widyawati mengungkapkan peran yang pernah ditolak itu mengharuskan dia menjadi seorang nenek yang kecanduan alkohol dan perokok berat.

Bagi Widyawati selektif dalam memilih peran bukan berarti menolak peran antagonis atau menantang, namun hanya ingin menghindari peran yang bertolak belakang dengan kegiatannya sebagai aktivis dan pengurus Perhimpunan Pemberantan Tuberkolosis Indonesia (PPTI).

"Saya tidak bisa menerima peran itu karena berlawanan dengan diri saya dan aktivitas di perkumpulan yang peduli pada penyakit Tuberkulosis," kata istri mendiang aktor dan politisi senior Sophan Sophian.

Menurut Widyawati, sebagian besar masyarakat di Indonesia memandang seorang aktris melalui film yang diperankan sehingga dia terdorong untuk selektif menentukan film yang akan diperani.

"Indonesia bukan seperti Amerika Serikat dimana aktor atau aktris bisa berganti-ganti karakter yang baik atau jahat dalam banyak film tanpa ada beban yang harus ditanggung, kalau di Indonesia berbeda. Sebagian orang melihat kita dari karakter yang pernah diperankan dalam sebuah film," ujarnya.

Widyawati mengaku aktivitasnya di PPTI telah membuatnya berusaha selalu memberi contoh yang baik dan perilaku hidup sehat, misalnya tidak merokok dan minum-minuman keras.

Bangga

Mengenai perannya sebagai ibu bernama Nyai Hanan dalam film "Perempuan Berkalung Sorban," Widyawati mengaku sangat bangga bisa memerankan tokoh yang dipujinya memiliki karakter perempuan teguh dalam mengarungi rumah tangga dan berjuang untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

"Dia adalah perempuan yang luar biasa, perempuan yang kuat dalam mengurus pesantren, putri dan juga menjaga keharmonisan rumah tangganya," ujarnya.

Film produksi Starvision dan garapan sutradara Hanung Bramantyo itu diangkat dari Novel karya Abidah Al Khalieqy yang mengisahkan perjuangan dan pengorbanan muslimah bernama Annisa (Revalina S Temat).

Anissa adalah putri Kyai Hanan (Joshua Pandelaky) dan hidup di lingkungan keluarga pesantren yang konservatif.

Annisa memberontak terhadap pandangan sang kyai bahwa ilmu sejati adalah Alquran, Hadist dan Sunnah sedangkan buku-buku bacaan modern dianggapnya menyimpang.

Nyai Hanan mendiamkan pemberontakan Anissa dan memberinya kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri, sedangkan dia sendiri mengabdi sebagai seorang istri sang kyai dan ibu bagi puluhan santri. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009