"Trennya, harga beras akan terus naik, jika stok beras di lapangan terbatas. Stok terbatas, sangat mendongkrak harga beras di pasaran semakin tinggi," kata Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Kota Semarang, Ngargono, di Semarang, Selasa.
Ngargono mengaku baru saja melihat gudang Bulog di Kabupaten Blora dan kondisinya stok beras di daerah setempat hanya cukup untuk dua hingga tiga bulan ke depan untuk alokasi beras miskin.
"Saya khawatir jika stok tidak banyak, tetapi permintaan pasar meningkat, harganya juga naik. Apalagi Bulog belum memenuhi prognosa yang ditargetkan," katanya.
Ngargono mengaku bingung dengan data yang diungkapkan oleh sejumlah media massa yang menyebutkan Jateng surplus beras sesuai data dari Dinas Pertanian setempat. Padahal kondisi di lapangan suplai dan stok beras di pasaran terus berkurang.
Menurutnya jika data yang dimiliki dinas terkait menyakini surplus sementara stok barang terus menurun dan harga di pasaran naik, dikhawatirkan akan memberikan dampak pengambilan kebijakan yang tidak tepat.
"Kenaikan harga beras sudah terlihat. Bulan lalu harga beras paling rendah Rp5.800 hingga Rp5.900 per kilogram, dua minggu terakhir harga beras menjadi Rp6.000 per kilogram, dan sekarang menjadi Rp6.200 hingga Rp6.300 per kilogram," katanya.
Ngargono menambahkan untuk mencegah melambungnya harga beras, maka pemerintah harus mampu memberikan ketersediaan stok yang cukup di lapangan.
"Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, stok cukup masih tetap mengakibatkan konsumen berebutan mendapatkan barang yang berakibat naiknya harga beras, apalagi jika tidak ada barang di pasaran," demikian Ngargono. (N008/A027/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011