Jakarta (ANTARA) - Produser film dari Starvision Chand Parwez Servia mengatakan di tahun 2022 akan memiliki banyak keragaman dari segi cerita, genre, hingga media penayangan film seperti di layar lebar serta layanan streaming film legal (OTT).
Dari segi cerita, Parwez menilai hal yang produser lihat dari sebuah proyek film adalah adanya pesan yang jelas dan positif.
"Ada pesan yang jelas, positif, pembelajaran yang bisa dijadikan bahan diskusi, mengusik penonton, dan selain juga menghadirkan hiburan juga bisa menggelitik perasaan penonton untuk kemudian melakukan hal-hal baik," kata Parwez kepada ANTARA, ditulis pada Selasa.
Baca juga: "Death on the Nile" siap rilis di bioskop 11 Februari 2022
"Menurut saya, film adalah catatan sejarah, sebuah statement, dan itu sangat penting. Film bisa menyampaikan pesan-pesan akan isu tertentu seperti pemberdayaan perempuan, korupsi, keluarga, dan banyak hal lainnya," ujarnya menambahkan.
Bagi seorang produser, Parwez mengatakan membuat film bukan untuk mencari untung sebanyak-banyaknya, namun bagaimana pembuat film dapat menyampaikan pesannya sebaik mungkin untuk diceritakan ke penonton, dan menginspirasinya.
"Apa yang kita kerjakan dengan keseriusan, penonton akan lihat (melalui film yang mereka tonton)," katanya.
Lebih lanjut, Parwez mengatakan kini pembuat-pembuat film lebih kreatif dan variatif dalam mengeksplorasi genre film. Ia sebagai produser pun melihat kebaruan seperti ini dapat memberikan semangat baik bagi para kreator maupun bagi penonton yang akan menontonnya di bioskop.
"Kebaruan ini bisa membuat penonton semangat ke bioskop, belajar hal baru, terhibur, dan bisa merayakan quality time dengan orang yang kita sayangi dengan pengalaman menonton yang baik pula," kata produser di balik film "Yuni" tersebut.
Saat disinggung soal pengalaman menonton yang juga tak kalah variatif, Parwez mengatakan media-media baru yang kini berkembang sejatinya lahir dari kehadiran bioskop.
"Sebelum ada media penayangan baru, film lahir dari movie going habit di bioskop. Itu yang melahirkan televisi serta media-media lainnya," kata dia.
Berbeda dari bioskop, pengalaman menonton secara digital dan mudah diakses secara legal dari gawai pun lebih ditujukan untuk pengalaman sinema yang lebih personal, alih-alih komunal seperti di layar lebar.
"Kita sebagai makhluk sosial perlu juga merasakan excitement bareng-bareng, sehingga saya sebagai produser pun ingin mengembalikan semangat penonton untuk kembali ke bioskop lewat film-film yang kami buat, dan mereka bisa menikmati cinematic experience bersama-sama," ujarnya.
Baca juga: "The Batman" akan rilis di HBO Max setelah 45 hari tayang di bioskop
Baca juga: Bioskop Korea Selatan alami kelesuan jumlah penonton tahun ini
Baca juga: Film-film Indonesia yang laris di bioskop sepanjang tahun 2021
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021