Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Mandiri dan keluarga Sampoerna berencana untuk menandatangani kesepakatan jual beli (SPA) untuk penjualan pabrik pulp dan kertas PT Kiani Kertas pada 31 Januari. Namun demikian, Bank Mandiri masih membuka kesempatan kepada United Fiber System Ltd (UFS) dari Singapura mengajukan proposal baru untuk memiliki Kiani, kata Corporate Secretary Bank Mandiri, Ekoputro Adijayanto, seperti dikutip XFN-ASIA, Jumat. "Sampoerna dan kami sudah memiliki tenggat akhir, di mana penandatanganan kesepakatan jual beli pada 31 Januari," kata Adijayanto. Bank Mandiri merupakan kreditor terbesar Kiani dengan utang sebesar 201 juta dolar AS. Adijayanto mengatakan, pemegang saham Bank Mandiri, Sampoerna dan Kiani pada 2 Januari menyetujui proposal Sampoerna senilai 401 juta dolar AS untuk membeli Kiani dan menyelesaikan utang pabrik pulp dan kertas kepada Bank Mandiri. Pada saat yang bersamaan, Bank Mandiri menolak proposal UFS karena perusahaan itu tidak memasukkan komitmen yang kuat dalam menyelesaikan utang Kiani, katanya. UFS Kamis (12/1) mengatakan bahwa pihaknya kini memiliki dana yang cukup tidak hanya untuk memperoleh saham Kiani namun juga menyelesaikan utang Kiani kepada kreditor. Adijayanto mengatakan Bank Mandiri terbuka untuk mempelajari proposal UFS yang direvisi, khususnya dalam meningkatkan pendanaan. " Belum ada yang tetap sebelum 31 Januari," katanya, namun menambahkan bahwa Bank Mandiri belum menerima proposal itu. Berkaitan dengan penyelesaian masalah Kiani Kertas khususnya dalam pembelian saham dan penyelesaian kredit bermasalahnya sebesar 201 juta dolar AS, Bank Mandiri beberapa waktu yang lalu mengatakan telah menolak penawaran UFS. Perseroan juga mengatakan, manajemen Bank Mandiri tengah mengkaji tawaran dari Sampoerna. Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Wayan Agus Mertayasa dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang dipublikasikan Rabu (11/1) mengatakan, Bank Mandiri mentargetkan rasio net Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah pada 2007 sebesar lima persen, setelah upaya perbaikan selama ini menunjukkan perkembangan yang positif di mana NPL pada triwulan III/2005 turun menjadi 23,4 persen dari triwulan II/2005 yang 24,6 persen. Ia menjelaskan bahwa salah satu upaya penurunan NPL itu adalah dilakukan dengan memfokuskan pada penyelesaian kredit bermasalah 30 debitur besar di mana salah satunya adalah Kiani Kertas. Laba bersih perseroan pada triwulan III/2005 menunjukkan peningkatan sebesar 99,2 persen menjadi Rp1,2 triliun dari Rp616 miliar pada II/2005. Sementara rasio kecukupan modal (CAR) perseroan diupayakan agar tetap berada di atas 20 persen. (*)
Copyright © ANTARA 2006