Direktur Investment Banking OSK Nusadana, Mardy Sutanto, mengatakan, dengan fundamental ekonomi Indonesia serta situasi politik yang terjaga bukan mustahil indeks BEI dapat terus meningkat hingga melampaui 4.000 poin.
"Optimis pasar akan tetap baik dengan asumsi inflasi tetap terjaga, situasi sosial ekonomi politik yang kondusif, serta suku bunga rendah. Optimis IHSG tetap baik sampai akhir," kata dia.
Pekan lalu, kata dia, IHSG sempat mencatatkan poin tertingginya sepanjang 2011 di posisi 3.872,95 poin. Hal itu salah satunya didukung oleh faktor fundamental dalam negeri yang cukup baik, sehingga pelaku pasar banyak yang masih masuk ke pasar saham sebagai salah satu pilihan untuk berinvestasi.
Sementara, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito menambahkan, dengan posisi IHSG yang terus mencatatkan nilai positif dapat memicu perusahan menjadi perusahaan terbuka (go public) melalui mekanisme penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Untuk meningkatkan minat perusahaan melakukan IPO, lanjut dia, perlu juga didukung dari pemerintah untuk mendorong perusahaan-perusahaan besar terutama yang bergerak pada bidang energi dan pertambangan untuk masuk bursa.
Ia mengatakan, dengan melepas sebagian sahamnya ke publik maka perusahaan itu akan menjadi lebih sehat dan memiliki pengawasan dari masyarakat.
"Perusahaan harus transparan, dan itu akan terjadi jika menjadi perusahaan terbuka," katanya.
Selain itu, kata dia, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga menjadi emiten potensial untu IPO. Perusahaan-perusahaan BUMN itu diyakini akan meningkatkan kapitalisasi pasar BEI secara signifikan.
Pasalnya, kata dia, perusahaan BUMN dan pertambangan memiliki aset yang cukup besar.
Ia menambahkan, tahun ini pasar IPO juga dinilai cukup bagus, terlihat dari sebanyak delapan emiten yang telah melakukan IPO sepanjang tahun ini mencatatkan total nilai emisi mencapai Rp5,897 triliun.
Dari jumlah tersebut, lanjut dia, emiten BUMN yaitu PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menjadi yang terbesar dengan nilai emisi mencapai Rp3,3 triliun.
(ANTARA/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011