Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta Senin siang bergerak dalam kisaran sempit karena investor masih menunggu data inflasi atau deflasi Mei yang belum diumumkan Badan Pusat Statistik.
Nilai tukar rupiah pada sesi pagi ditutup pada 8.547 per dolar AS, hanya menguat enam poin dari posisi penutupan akhir pekan lalu 8.553.
Kepala Divisi PT OCBC NISP Tbk Suriyanto Chang mengatakan, kenaikan rupiah yang relatif kecil itu karena pelaku masih menunggu pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Deflasi pada Mei juga akan terjadi.
Kepastian akan Deflasi pada Mei itu akan mendorong pelaku pasar untuk melakukan pembelian rupiah lebih lanjut, katanya.
Karena itu rupiah, menurut dia, juga berpeluang untuk terus menguat hingga mencapai angka 8.500 per dolar yang mendorong Bank Indonesia (BI) kembali masuk ke pasar melakukan intervensi.
Namun apabila faktor positif itu cukup kuat BI kemungkinan akan membiarkan rupiah terus bergerak naik, ujarnya.
Menurut dia, rupiah masih akan menguat, namun penguatannya tidak secepat bulan-bulan sebelumnya. Namun peluang untuk naik hingga dibawah level Rp8.500 per dolar cukup besar, ucapnya.
Indonesia, lanjut dia memang masih merupakan pasar yang menarik bagi investasi asing karena tingkat suku bunganya yang tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang berlanjut.
Namun pemerintah harus dapat memanfaatkan masuknya dana asing itu bagi kemajuan ekonomi bangsa agar dapat meningkatkan pertumbuhan lebih tinggi lagi, katanya.
Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi menimbulkan kepercayaan asing pada pertemuan Asean Indonesia mendapat kepercayaan mendapat sejumlah proyek dari negara-negara Asean.
Karena itu kedepan Indonesia akan menjadi negara yang maju dengan tingkat ekonomi yang cukup memadai, katanya.
(H-CS/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011