Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan prihatin dengan maraknya penggunaan teknologi informasi dan jejaring sosial sebagai sarana penyebaran fitnah dan pembunuhan karakter.
Keprihatinan tersebut dikemukakan Presiden Yudhoyono di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin, sebelum melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Barat, untuk menanggapi menyebarnya fitnah terhadap Presiden melalui pesan singkat di telepon genggam.
"Saya berpikir dengan berkembangnya teknologi informasi, sms, Twitter, website, BlackBerry dan semua jenis media online, bisa meningkatkan kehidupan bangsa kita, mencerdaskan kehidupan bangsa kita, bukan justru teknologi informasi bagi mereka yang tidak ksatria, pembenuhan karakter maupun caci maki," katanya.
Presiden mengaku jika fitnah yang dilemparkan oleh seserang dari tempat gelap dapat sangat luar biasa.
Ia menilai hal itu sebagai perbuatan tidak bertanggung jawab dan tidak ksatria karena tidak menampakkan diri. "Janganlah terus menerus menyebarkan racun fitnah. Mari secara ksatria pula kita berhadapan demi hukum dan keadilan," imbaunya.
Presiden mengatakan bahwa di masa lalu saat dengan alasan demokrasi belum berkembang, belum ada kebebasan pers, negara bisa menindak atas nama stabilitas sementara sekarang tersedia media massa yang dapat menyerang dan mendiskriditkan.
"Silahkan, itu freedom of speech, meski kalau sudah pencemaran nama baik mesti mempertanggungjawabkan," katanya.
Walaupun begitu, Presiden menyeru agar cara-cara itu tidak diteruskan dan mengimbau para korban fitnah untuk menggunakan haknya.
Lebih lanjut ia menilai situasi yang berkembang saat ini sebagai suatu gerakan mengadu domba satu sama lain sehingga meminta publik waspada.
Pada kesempatan itu, Presiden juga mengimbau media massa yang memiliki peranan luhur untuk arif.
"Bayangkan kalau sebuah sumber yang sangat tidak jelas diangkat menjadi sumber berita. Rakyat kita ini dapat apa," katanya.
Menurut Presiden, harusnya bangsa Indonesia bersyukur ketika negeri ini memiliki momentum, telah melalui masa gelap dan tidak menghabiskan energi untuk menghadapi hal-hal seperti ini. Presiden berharap akan terciptanya kehidupan yang bermoral, beretika, beradab, dan segalanya dapat dipertanggungjawabkan secara kstaria, tidak pengecut.
(F008*G003/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011