Kabul (ANTARA News) - Presiden Afghanistan Hamid Karzai, Ahad (29/5), marah terhadap militer AS karena melancarkan misi yang tak perlu dan sewenang-wenang sehingga menewaskan warga sipil Afghanistan, dan mengatakan itu adalah "peringatan terakhirnya" mengenai masalah itu setelah 14 orang tewas dalam satu serangan udara.
Dengan mengutip laporan awal bahwa 10 anak kecil, dua perempuan dan dua lelaki tewas dalam satu serangan di Provinsi Helmand, Afghanistan selatan, pada Sabtu, Presiden Karzai mengatakan operasi semacam itu berubah jadi pembunuhan terhadap anak-anak dan perempuan Afghanistan.
"Selama serangan udara tersebut, dua rumah warga sipil dijadikan sasaran serangan sehingga menewaskan 14 warga sipil dan melukai enam orang lagi," kata pemerintah provinsi di dalam satu pernyataan. Menurut pernyataan itu, jumlah korban jiwa adalah tujuh anak perempuan, tujuh anak lelaki dan dua perempuan.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF), yang dipimpin NATO, menyatakan pasukan tersebut "akan menyelidiki" tuduhan itu.
Kantor Karzai dengan keras mengutuk pembunuhan tersebut dan menggambarkan serangan udara itu sebagai kesalahan yang sangat besar.
Presiden Afghanistan tersebut "mengeluarkan peringatan terakhirnya kepada tentara AS dan para pejabat AS mengenai masalah itu", kata kantornya.
"Tentara AS dan NATO telah berulangkali diberi tahu bahwa operasi mereka yang tak perlu dan sewenang-wenang mengakibatkan kematian banyak warga Afghanistan yang tak berdosa dan operasi semacam itu melanggar nilai-nilai moral dan kemanusiaan, tapi tampaknya suara kami tak didengar," kata kantor Karzai.
Sementara itu juru bicara Gedung Putih "mengakui" keprihatinan Karzai.
"Kami berusaha keras, militer kami di Afghanistan, untuk melakukan apa saja yang bisa kami lakukan "untuk menghindari korban jiwa di pihak sipil"," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney kepada wartawan.
"Presiden Karzai telah menyampaikan, pada sejumlah kesempatan, keprihatinannya mengenai korban jiwa di pihak sipil. Itu juga `keprihatinan kami dan kami menanganinya secara sungguh-sungguh`."
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011