Jeddah (ANTARA News) - Keberhasilan misi delegasi pemerintah Indonesia dalam pertemuan pejabat tinggi (SOM) soal tenaga kerja Indonesia (TKI) dengan pemerintah Arab Saudi tak bisa lepas dari peran Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat.
Jumhur menceritakan beragam cara agar target mengarahkan pihak Saudi menuju penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tercapai.
Jurus Jumhur ternyata maut dalam meyakinkan Menteri Tenaga Kerja Arab Saudi Adel Mohammad Fakeih sebagai ketua delegasi Arab Saudi dalam perundingan itu.
Semula Jumhur mengaku sangat tegang menghadapi perundingan mengingat selama 40 tahun terakhir dalam penempatan TKI di Arab Saudi belum pernah ada pertemuan setingkat SOM dari kedua belah pihak.
Belum lagi bayangan bila pertemuan tak menghasilkan apa-apa alias gagal.
"Kalau gagal sudah bisa dibayangkan hujatan berbagai pihak termasuk TKI. Saya, Menakertrans bahkan Presiden bisa jadi sasaran kritik," katanya.
Ia menyatakan hasil SOM itu sangat ditunggu-tunggu untuk memastikan secara langsung bahwa pemerintah Saudi turut secara langsung dalam melayani penempatan dan perlindungan TKI.
Jumhur menginformasikan bahwa urusan TKI di Saudi selama ini ditangani oleh Komite Nasional Perekrutan Arab Saudi atau "Saudi Arabia National Recruitment Commitee" (Sanarcom).
Selain itu muncul juga perkiraan mengenai pertemuan yang terlalu formalistik, kaku dan dingin.
Inilah sejumlah jurus maut Jumhur: saat Menaker Arab tiba di Wisma Tamu Kerajaan (Royal Guest House), Jumhur langsung menyalami dan mencium pipi Adel tiga kali (satu kali mencium pipi kanan dan dua kali pipi kiri) yang menjadi budaya khas Arab.
Mereka kemudian melakukan pembicaraan empat mata sekitar 20 menit sebelum menuju ruang SOM.
"Pembicaraan empat mata sangat menentukan keberhasilan ini. 90 persen pembicaraan dari saya," kata Jumhur.
Ia mempraktikkan teori negosiasi empat mata yakni membuat lawan bicara bisa diarahkan dan kalau perlu hanya membuat jawaban "yes" atau "no".
Dalam pembicaraan empat mata itu, Jumhur menyampaikan ada sekitar 1,5 TKI di Saudi sehingga keberadaan mereka sangat membantu warga negara atau penduduk Saudi.
Jumhur mengatakan Menaker Saudi sempat terhenyak dan baru mengetahui bahwa jumlah TKI di Saudi sangat banyak.
Kepada Adel, Jumhur meyakinkan bahwa penempatan dan perlindungan TKI harus menjadi komitmen kuat kedua negara.
"Indonesia telah melakukan moratorium (penghentian sementara) penempatan TKI di Yordania, Suriah, Kuwait, bahkan Malaysia. Jangan hal itu terjadi dengan Arab karena antara RI-Arab Saudi terlalu banyak cinta," kata Jumhur.
Jumhur mengatakan memang ada pihak-pihak tertentu yang ingin mengganggu hubungan kerja sama yang sudah berjalan sangat baik antara RI-Saudi.
"Tapi `too much love` (terlalu banyak cinta) antara RI-Saudi," kata Jumhur.
Ia menyampaikan bahwa nota kesepahaman (MoU) sangat penting untuk ditandatangani sesegera mungkin.
Jumhur juga memuji Menaker sebagai pejabat yang "extraordinary" (luar biasa) dan bukan "regular" (biasa-biasa saja).
Saat SOM berlangsung, Jumhur menyampaikan apresiasi yang tinggi atas penyambutan dan keramahtamahan terbaik (best hospitality) yang diberikan pemerintah Saudi kepada delegasi Indonesia.
Tak lupa Jumhur juga menyampaikan penghormatan dan rasa bangga terhadap Raja Arab Saudi Abdulaziz serta merasa senang mendapat kabar bahwa raja telah pulih kesehatannya.
Namun berkali-kali Jumhur memastikan bahwa Saudi perlu bersedia menandatangani MoU.
"Kalau perlu pada saat bulan suci Ramadhan. Namun Menaker menyampaikan pemerintah Saudi sangat sibuk saat Ramadhan sehingga perlu waktu hingga enam bulan. Ketika ada pernyataan enam bulan itu langsung saya lega. Berhasil," katanya.
Meskipun tak lazim dalam SOM di berbagai forum bilateral maupun internasional, Jumhur menyampaikan permintaan kesediaan kepada Menaker memimpin doa untuk mengakhiri SOM.
"Menaker bilang doa yang disampaikan orang yang sedang musafir lebih manjur lalu minta saya memimpin doa dan saya kemudian minta anggota delegasi RI memimpin doa," katanya.
Pertemuan ternyata berlangsung akrab Menaker tetap mengikuti pertemuan yang berlangsung sekitar lima jam.
Bahkan Adel terlibat langsung dalam merumuskan hasil pernyataan kehendak bersama untuk dia tandatangani bersama Jumhur.
"Baru kali ini saya menyaksikan seorang menteri secara langsung memeriksa dan mengoreksi materi pernyataan kehendak bersama," katanya.
Tak hanya itu, pembentukan komite kerja bersama (joint working committee) sebagai salah satu butir pernyataan kerja, juga langsung disusun.
"Saya nggak menyangka, Menaker Arab Saudi minta langsung disiapkan Sabtu petang (28/5). Prosesnya perlu disampaikan nota diplomatik mengenai tim dari Indonesia ke pemerintah Saudi. Unsur komite ini dari Kemenakertrans, BNP2TKI, dan Kemenlu," kata Jumhur.
Memang sebelumnya tidak ada yang menyangka sambutan dari pemerintah Arab Saudi sangat responsif dan mengakomodasi apa yang diinginkan delegasi Indonesia.(*)
(T.B009/Z002)
Oleh Oleh Budi Setiawanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011