Padang (ANTARA News) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), memperkirakan sekira 40% terumbu karang yang ada di laut wilayah mereka sudah hancur akibat penangkapan ikan menggunakan jaring pukat harimau dan peledak.
Kepala DKP Sumbar, Pessel Edwil Noer, di Padang, saat berkunjung ke Kantor ANTARA Biro Sumbar, Sabtu, menyatakan luas terumbu karang di perairan Pessel tersebut adalah 1.300 hektare lebih tersebar di laut yang masuk kedalam zona perairan kabupaten ini.
Dari 1.300 hektare (ha) terumbu karang yang terdapat di laut Pessel tersebut, terumbu karang yang masih bagus diperkirakan hanya tinggal 14% lagi, ujarnya.
Dengan demikian, ia mengemukakan, sebanyak 86% terumbu karang yang ada telah mengalami kerusakan, baik kerusakan ringan, sedang, parah, dan juga hancur atau tidak dapat diperbaiki lagi.
Kerusakan dan kehancuran terumbu karang yang terjadi di wialayah laut Passel tersebut, menurut dia, kebanyakan disebabkan oleh penangkapan ikan oleh para nelayan yang melanggar peraturan.
Pelanggaran yang dilakukan nelayan dalam penangkapan ikan dan hasil laut lainya, dan menyebabkan kerusakan serta kehancuran terumbu karang tersebut antara lain adalah penggunaan putas, pukat harimau, serta alat tangkap lainya, yang terus menerus oleh para penangkap hasil laut tersebut, katanya.
Sehubungan dengan itu, ia mengemukakan, saat ini razia di perairan laut tersebut ditingkatkan olah DKP maupun kepolisian perairan (Pol Air), agar tidak ada lagi nelayan yang melakukan penangkapan dengan menggunakan alat yang dapat merusak biota laut seperti terumbu karang.
"Untuk wilayah yang terumbu karangnya sudah habis ada di sekitar pulau Karang Laweh, Karang Pati," kata Edwil.
Ia menambahkan, degradasi kondisi terumbu karang yang ada tersebut disikapi oleh DKP dengan melakukan transplantasi karang serta juga membuat terumbu karang buatan.
(T.KR-IWY/M027)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011