Menteri Persatuan Korsel, Hyun In-Taek, yang mengawasi kebijakan terhadap Korut, juga mendesak pihak Pyongyang untuk mengikuti contoh China dan melakukan reformasi serta membuka diri. Ia menyatakan hal itu sehari setelah pemimpin Korut, Kim Jong-Il, pulang dari kunjungan ke China.
"Pemerintah akan tetap dengan prinsipnya bahwa sebelum dialog Korea Utara harus mengambil tanggung jawab" atas dua insiden yang dipersalahkan pada Pyongyang, kata Hyun dalam sebuah forum di Seoul.
Kantor berita China (Xinhua) pada Juma (27/5) mengatakan bahwa selama pertemuan puncak dengan Presiden Hu Jintao, Kim menyerukan dimulai kembalinya dialog multinasional yang macet mengenai perlucutan senjata dan mengemukakan harapannya tentang sebuah hubungan yang lebih baik dengan Korsel.
Korut telah berulang kali menyatakan kesediaan bersyaratnya untuk kembali ke perundingan enam negara yang terhenti dua tahun lalu.
Tapi, Korut dan Korsel hubungannya tetap dingin sehingga memperumit permasalahan. Pihak Seoul menuntut pihak Pyongyang untuk minta maaf atas dugaan penembakan torpedo ke kapal perang Korsel pada Maret tahun lalu dan penembakan terhadap sebuah pulau yang terletak di garis depan Korsel.
Korsel menyangkal tanggung jawab untuk insiden tenggelamnya kapal perang itu, dan menyebut peristiwa penembakan pulau yang terletak di garis depan Korsel sebagai upaya untuk mempertahankan diri terhadap latihan artileri Korsel yang dilakukan di dekat perbatasan laut mereka yang disengketakan, Laut Kuning.
Dua insiden itu menyebabkan 50 orang tewas. "Setiap dialog yang diprovokasi Korea Utara tidak akan mengarah ke perdamaian di Semenanjung Korea. Kami menolak dialog seperti itu, " kata Hyun, seperti dikutip kantor berita Korsel (Yonhap).
Merujuk pada kunjungan terbaru Kim ke China, Hyun mengatakan, China mencapai kesejahteraan melalui "reformasi yang berani dan membuka diri"
"Saya sangat berharap Korea Utara mengikuti preseden China. Korea Utara bisa melihat masa depan yang cerah hanya jika mengadopsi reformasi dan membuka diri," katanya.
(Uu.G003/A023)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011