Deauville, Prancis (ANTARA News/Reuters) - Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada Jumat meminta Muamar Gaddafi untuk melepaskan kekuasaannya dan mengatakan Rusia tidak akan memberi pemimpin Libya itu tempat perlindungan tapi negara lain mungkin.
"Jika anda melihat deklarasi G8, deklarasi itu mengatakan bahwa rezim Gaddafi telah kehilangan keabsahannya. Ia harus mundur," kata Medvedev, yang menekankan solidaritasnya pada mitra-mitra Barat Rusia dalam kelompok negara-negara besar itu. "Itu (deklarasi) telah disahkan secara bulat."
Medvedev, ketika berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan puncak dua hari kelompok negara maju G8 di Prancis, mengatakan ia telah mengirim utusan khususnya untuk Afrika, Mikhail Margelov, ke Benghazi dan mengharapkan ia akan dapat bertemu juga dengan wakil pemerintah Gaddafi.
"Kalau Tripoli, situasinya lebih sulit, tapi dalam kasus itu saya mengharapkan ia akan mendapat kesempatan untuk berbicara dengan kedua pihak -- dengan pemberontak dan kekuatan politik baru, dan dengan wakil bekas pemimpin itu."
Rusia telah mengeritik serangan udara Barat di Libya, dan mengatakan koalisi telah melewati mandat Dewan Keamanan PBB untuk melindungi warga sipil, tapi Medvedev menegaskan bahwa Gaddafi tidak lagi memiliki hak untuk memimpin Libya.
"Masyarakat dunia tidak menganggapnya sebagai pemimpin Libya," ujar Medvedev. Namun, ia tidak menyampaikan rencana untuk menggeser dia dari kekuasaan atau membujuknya untuk mundur.
"Jika ia mengambil keputusan yang bertanggungjawab ini -- dan itu akan membantu negara dan rakyat Libya -- maka akan menjadi mungkin untuk membicarakan cara untuk melakukan ini: Apa negara itu dapat terima dan berdasarkan syarat apa," kata Medvedev. "Dan apa yang dapat ia pertahankan dan apa yang ia mesti kehilangan."
Ketika ditanya apakah Rusia akan menerima Gaddafi, ia menyatakan, "Tidak, kami tidak akan." Ia menyatakan, meskipun demikian, negara lain mungkin akan menerimanya. (S008/C003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011