Bukittinggi (ANTARA News) - Menneg BUMN Sugiharto menegaskan pemerintah telah menunjuk Ernst&young (E&Y) untuk melakukan audit investigasi laporan keuangan PT Pertamina periode 2002-2005 untuk mengetahui kemungkinan adanya pelanggaran yang dilakukan manajemen pada periode itu. "Audit investigasi merupakan instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disampaikan dalam sidang kabinet pada akhir 2005," kata Sugiharto sebelum mengikuti Pertemuan Tingkat Tinggi Tahunan Indonesia-Malaysia, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Kamis. Menurut Sugiharto, penunjukan E&Y ditetapkan pada Oktober 2005 dengan mengikutsertakan setidaknya 170 orang auditor. Ia menjelaskan untuk menyelesaikan berbagai masalah di Pertamina, Presiden meminta juga special investigation, melanjutkan program restrukturisasi perusahaan, dan reformasi kepemimpinan (direksi). Sugiharto menuturkan selama ini laporan keuangan Pertamia 2002-2005 mendapatkan penilaian no opinion. Neraca pembukuan perusahaan juga belum disahkan oleh Menkeu dan Menteri ESDM. Nantinya, lanjut Menneg, dalam audit yang dilakukan E&Y kemungkinan bisa ditemukan hal-hal yang janggal termasuk proses pemisahan aset-aset yang dilakukan perusahaan. "Dengan demikian Pertamina akan memiliki neraca pembuka, setelah penghitungan mundur atau retroaktif untuk memastikan apakah opini terhadap laporan keuangan itu clean atau tidak clean," katanya. Dijelaskannya, audit terhadap Pertamia bisa dilakukan dari berbagai sudut selain audit keuangan juga dapat melalui manajemen audit dan spesial investigasi. "Tetapi hal yang pokok adalah jika dalam melakukan audit keuangan ditemukan hal-hal transaksi yang mencurigakan, bisa dilanjutkan dengan audit khusus terutama oleh kantor akuntan publik," katanya. Seandainya ditemukan transaksi yang dianggap bisa mempengaruhi opini maka auditor akan melakukan investigasi. Ia menegaskan, pada perkembangannya tidak tertutup kemungkinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga akan masuk ke Pertamina untuk melakukan audit operasional, terutama dikaitkan dengan kasus penyelundupan minyak di Lawe-lawe, termasuk kasus pencurian minyak di Batam.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006