Washington (ANTARA News) - Isteri Muamar Gaddafi, Sofia, Jumat mengecam seragan udara yang menewaskan anak laki-lakinya dan menuduh pasukan NATO "melakukan kejahatan perang" dengan serangannya terhadap pemerintah Libya.
"Saya tidak ada di sana. Tapi saya ingin bahwa saya di sana sehingga saya mungkin akan mati bersamanya," kata Sofia Gaddafi pada CNN dalam wawancara melalui telpon, yang melukiskan kematian anaknya, Seif al-Arab, karena serangan udara NATO.
"Anak saya tak pernah ketinggalan shalat Isya. Kami mendapat serangan setiap hari, dan serangan itu akan mulai pada saat shalat Isya. Empat roket di sebuah rumah," katanya dalam wawancara yang jarang terjadi.
Pasukan internasional, yang menyerang pasukan Gaddafi berdasar ketentuan sebuah resolusi PBB untuk melindungi warga sipil, "tampaknya mencari alasan untuk menyerang Gaddafi. Apa yang telah ia lakukan sehingga menerima ini," Sofia bertanya.
Ketika ditanya apakah ia memikirkan ia telah ditargetkan secara pribadi, ia menjawab: "Anak-anak saya warga sipil dan mereka ditargetkan. Apa yang harus mereka lakukan dengan ini?
NATO, katanya, "telah melakukan kejahatan perang" di negara Afrika utara itu.
"Mereka membunuh anak saya dan rakyat Libya. Mereka mencemarkan nama baik kami," ia menambahkan.
"Empatpuluh negara melawan kami. Hidup tidak memiliki nilai lagi," ia meratap, segera sesudah kematian anak laki-lakinya.
"Apa yang saya inginkan dengan hidup sekarang? Semua yang saya inginkan dari kehidupan sekarang adalah bahwa kebenaran akan didengar. Dengan kehendak Tuhan, kami akan mencapai kemenangan. Kami akan hidup atau mati bersama dengan rakyat Libya. Pada akhirnya, sejarah akan menghakimi kita.
Keraguan telah meningkat dalam beberapa hari terakhir tentang kebenaran laporan mengenai Seif al-Arab, anak laki-laki termuda Gaddafi, telah tewas.
Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi pada Rabu menyatakan bahwa koalisi internasional tidak memiliki informasi mengenai kematiannya, dan menganggap laporan dari seorang juru bicara pemerintah Libya merupakan "propaganda".
Pemerintah Libya menyatakan pada 1 Mei bahwa serangan NATO telah menewaskan anak laki-laki bungsu Gaddafi dan tiga cucunya, tapi orang kuat itu selamat tanpa cedera dalam apa yang mereka katakan sebagai upaya pembunuhan sengaja yang gagal.
NATO mengatakan pada waktu itu bahwa mereka telah melakukan serangan udara di Tripoli tapi tidak mengkonfirmasi pernyataan rezim tersebut, demikian AFP melaporkan. (S008/AK/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011