Jakarta (ANTARA) - Meskipun masih banyak yang harus dipelajari tentang Omicron, lebih banyak penelitian dilakukan untuk meningkatkan pemahaman pejabat kesehatan tentang varian yang sangat menular ini.
Pakar kesehatan menyebut, masih terlalu dini untuk menyebut Omicron menyebabkan COVID-19 yang parah. Sebuah studi dari Afrika Selatan menemukan, risiko rawat inap untuk orang dewasa sekitar 30 persen lebih rendah dibandingkan dengan gelombang Delta.
Tetapi studi dari ICL menemukan, Omicron tidak menunjukkan tanda-tanda lebih ringan dari Delta.
Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan terlalu dini untuk mengatakan Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan atau parah.
Sejauh ini, baru satu kematian dari varian Omicron yang telah diidentifikasi yakni seorang pria Texas yang tidak divaksinasi berusia 50 tahunan. Namun, perlu dicatatm tidak semua kematian terkait COVID dilaporkan ke otoritas kesehatan.
Sampai kita mempelajari lebih lanjut tentang omicron, ahli epidemiologi di Boston Children's Hospital, Dr. John Brownstein seperti dikutip dari ABC News mengatakan, cara terbaik untuk melindungi diri yakni dengan mengikuti langkah-langkah mitigasi yang diketahui berhasil termasuk vaksinasi dan pemakaian masker.
“Gunakan tes cepat sebagai cara untuk mengidentifikasi apakah Anda mungkin tertular dan kenakan masker berkualitas tinggi di dalam ruangan, terutama jika Anda berada di sekitar orang-orang dengan status vaksinasi yang tidak diketahui," pesan dia.
Di sisi lain, salah satu fakta yang diketahui mengenai varian ini yakni menyebar lebih mudah daripada varian lainnya selama pandemi.
Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) Dr. Rochelle Walensky, mengatakan data awal menunjukkan prevalensi omicron berlipat ganda setiap dua hingga tiga hari. Ini jauh lebih cepat daripada varian Delta yang pada puncaknya memiliki waktu dua kali lipat sekitar tujuh hari.
Fakta lainnya, Omicron sebagian berdampak pada vaksin tetapi booster dapat membantu memberikan perlindungan. Data awal dari Pfizer-BioNTech menunjukkan, orang dengan dua dosis vaksin mereka memiliki tingkat antibodi penetralisir yang rendah terhadap varian tersebut.
Kemudian, pada mereka yang menerima suntikan booster, tingkat antibodinya meningkat 25 kali lipat.
Sementara itu, data awal dari Moderna memperlihatkan, booster 50 mikrogramnya meningkatkan kadar antibodi 37 kali lipat.
"Tampaknya vaksin masih memberikan perlindungan luar biasa pada penyakit parah dan kematian, terutama jika ditingkatkan," kata Brownstein.
Selain itu, infeksi COVID sebelumnya tidak melindungi dari infeksi ulang Omicron dengan cara yang sama seperti varian delta.
Sebuah studi baru-baru ini dari Imperial College London, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, menunjukkan risiko infeksi Omicron lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan Delta.
Baca juga: "Booster" vaksin Moderna dikatakan efektif lawan Omicron
Baca juga: Meski muncul varian Omicron, Jepang tak lakukan perubahan pembatasan
Baca juga: Pakar UGM: Varian Omicron belum disimpulkan lebih menular
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021