Brussel (ANTARA News) - Duta Besar Libya untuk Uni Eropa (EU) Hadeiba Hadi hari Kamis menyatakan membelot bersama seluruh stafnya untuk bergabung dalam perjuangan bagi demokrasi, yang terakhir dari sejumlah diplomat penting yang meninggalkan Moamer Kadhafi.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim kepada AFP, duta besar itu mengatakan, "Setelah lebih dari empat bulan pertumpahan darah bangsa kami, maka saya dan rekan-rekan kerja saya di biro rakyat Libya di Brussel mengumumkan keputusan kami untuk tidak lagi mewakili rejim."
Satu sumber diplomatik Eropa yang mengkonfirmasi pembelotan itu mengatakan, Hadi adalah diplomat Libya yang sangat penting.
"Pembelotannya itu membuat rejim Kadhafi semakin terkucil," tambahnya.
Pernyataan duta besar itu juga mengatakan, ia dan stafnya menempatkan diri "untuk melayani rakyat Libya dalam perjuangan menuju demokrasi, aturan hukum dan institusi, serta pengamanan integritas negara kami."
Sejumlah diplomat penting Libya meninggalkan rejim Kadhafi dalam beberapa pekan terakhir ini, termasuk para duta besar di AS, Prancis, Portugal dan bahkan UNESCO yang berpusat di Paris.
Mantan Menteri Luar Negeri Mussa Kussa, yang juga kepala intelijen Libya antara 1994 dan 2009 serta anggota lingkaran dalam Kadhafi, membelot ke London pada 30 Maret.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan bahwa Menteri Perminyatakan Libya Choukri Ghanem juga telah pergi dan berada di Tunisia namun Tripoli membantah klaim tersebut.
Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret.
Pemimpin pemberontak Libya Mustafa Abdul Jalil menyebut Kadhafi sebagai "sasaran sah" bagi pasukan NATO.
"Kadhafi adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata, ia satu-satunya orang yang mendorong setiap orang untuk berperang. Maka kami berpendapat bahwa dibenarkan ia menjadi sasaran sah," kata Jalil pada jumpa pers ketika berkunjung ke London beberapa waktu lalu.
NATO berulang kali menekankan bahwa mereka tidak berusaha secara langsung untuk membunuh Kadhafi dalam operasi serangan udara terhadap pasukannya, namun memperingatkan bahwa pasukan mereka akan menyerang "pusat-pusat kendali dan komando" Libya meski di dalamnya ada Kadhafi.
Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya.
Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rejim Kadhafi.
Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moamer Kadhafi, yang membuat marah Barat.
Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, pasukan Kadhafi kemudian dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.
Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.
Kadhafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Kadhafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.
Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011