"Dewasa ini banyak bermunculan paham sesat termasuk hadirnya terorisme, gerakan Negara Islam Indonesia yang cukup meresahkan itu. Ini terjadi karena kemiskinan dan ketidakadilan," kata Suhardi Duka, saat menghadiri acara dialog pengembangan wawasan multikultural antarpemeluk agama di Mamuju, Kamis.
Menurut Bupati, dirinya yang sudah menjabat sebagai kepala daerah memasuki tahun keenam terus berupaya menurunkan angka kemiskinan dan berusaha menciptakan rasa keadilan kepada siapa pun tanpa melihat perbedaan agama, suku, maupun ras.
"Dalam kepemimpinan saya telah mampu menurunkan angka kemiskinan setiap tahunnya berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS). Makanya, rakyat di Mamuju pada Pilkada 4 Agustus 2010 yang lalu kembali memberikan dukungannya untuk melanjutkan pembangunan di daerah ini," katanya.
Termasuk perlakuan terhadap agama, kata dia, dirinya tidak alergi mengikuti setiap perayaan keagamaan yang dilaksanakan di Mamuju baik hari besar Kristen, Hindu, maupun Budha.
"Saya tak alergi mengikuti perayaan agama karena 1.000 kali pun saya masuk ke tempat acara perayaan keagamaan maka saya akan tetap meyakini agama Islam," ucapnya.
Dia mengemukakan, masyarakat di daerahnya saling menghargai di antara pemeluk agama sehingga tak ada konflik antar agama maupun antara suku.
"Mamuju masih sangat kondusif dari konflik baik konflik antar suku maupun antar agama. Kita harap, kondisi seperti ini bisa dipertahankan untuk menciptakan kondisi tanpa tercemar dengan isu-isu yang menyesatkan,"tutur dia.
Ia mengemukakan, paham radikalisme yang telah memicu terjadinya gejolak di berbagai daerah tidak berkembang di Mamuju.
"Sejauh ini Mamuju masih aman. Terkecuali, jika ada oknum yang sengaja mendesain terjadinya konflik di daerah ini. Jika ada yang sengaja mendesain terjadinya konflik maka kita akan melawannya," tutur Bupati.
Karena itu, kata dia, masyarakat dan tokoh agama diharapkan turut memberikan andil untuk menjaga kondisi daerah ini semakin terjaga dari pencemaran oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. (ACO/Z002/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011