"Sekarang sedang (rehabilitasi) tahap awal. Karena sudah menjadi situs, jadi pembangunan sepenuhnya pada bentuk apa adanya," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya, Alfian, kepada wartawan, Kamis.
Pembangunan awal masjid bersejarah yang terletak di alun-alun Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat itu, kata Alfian, dipandu oleh Balai Purbakala agar keaslian bangunan masjid tidak hilang atau persis sebelum dilanda gempa bumi Tasikmalaya, 9 September 2009.
Termasuk rangka bangunan, dari mulai kayu, genting, dan kusen, kata Alfian diusahakan bahannya serupa tidak ada yang diganti jenis material bangunannya.
"Bentuk didepan, profil dan lain-lain diperbaiki dan tetap harus menjadi seperti itu, tidak dirubah, hanya memperkokoh rehab itu, karena kita mengacu pada kondisi semula, jangan ada yang dirubah," katanya.
Dana yang dibutuhkan untuk merehab Masjid Manojaya itu, kata Alfian, sebelumnya tahun 2009 setelah terjadi gempa membutuhkan anggaran sebesar Rp2,7 miliar, namun adanya perubahan harga material bangunan dana yang dibutuhkan berubah menjadi kurang lebih Rp3 miliar.
Alfian mengatakan, pembangunan masjid bersejarah itu ditargetkan pemerintah daerah selesai pada akhir 2011, dengan pengerjaan dilakukan secara teliti dan terawasi oleh ahli kepurbakalaan.
"Target tahun sekarang selesai, dengan anggaran untuk sekarang ini lebih kurang Rp3 miliar," katanya.
Masjid Manonjaya yang berdiri sejak 1837 itu, ketika terjadi gempa mengalami kerusakan atap bangunan bagian depan, serta dinding tembok rapuh.
Sejak kerusakan guncangan gempa 2 September 2009, masjid Manonjaya tidak dapat digunakan masyarakat untuk aktivitas peribadatan atau kegiatan keagamaan lainnya.(*)
(U.KR-FPM/A041)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011