Olimpiade Musim Dingin
Saat menghadapi Wolverhampton Wanderers dalam pertandingan Liga Inggris terakhirnya Minggu pekan lalu, The Blues hanya bisa memasang 14 pemain dari 20 pemain yang dibolehkan otoritas liga.
Tuchel memperkirakan keadaan getir ini akan terus terjadi karena tak ada yang benar-benar tahu bagaimana membendung gelombang baru infeksi ini. "Saya tak akan kaget jika tes-tes berikutnya semakin banyak saja yang positif," kata Tuchel, pasrah.
Kekhawatiran sama disampaikan bos Liverpool Juergen Klopp yang kekuatan asli timnya tergerus oleh sejumlah pemain inti yang absen karena Omicron sampai terpaksa seri 2-2 melawan Tottenham, padahal The Reds selalu menelan lawan-lawannya dengan skor besar. Liverpool, kata dia, tak lagi bisa bermain seperti biasa karena terus diganggu ancaman penularan COVID-19 kepada pemainnya.
Pelatih-pelatih olahraga lain di mana saja juga begitu. Mereka khawatir suasana 2020 bisa terulang, apalagi mulai pakar kesehatan sampai pemimpin dunia seperti Presiden AS Joe Biden memperkirakan Januari tahun depan Omicron bakal membuat gelombang infeksi makin besar.
Olimpiade Musim Dingin awal tahun depan di Beijing yang sudah direpotkan oleh boikot diplomatik sejumlah negara Barat, juga tak lepas dari kekhawatiran terhadap Omicron.
China sendiri mengakui Omicron menjadi perhatian besar penyelenggara Beijing 2021, namun negara ini menandaskan Olimpiade Musim Dingin 2022 tetap digelar Februari tahun depan.
Baca juga: China prediksi kasus COVID-19 naik lagi saat Olimpiade musim dingin
China memandang Omicron sebagai tantangan, bukan penghalang untuk hajat Olimpiade khusus negara empat musim yang diadakan setiap dua tahun setelah Olimpiade musim panas itu, kecuali edisi tahun depan.
"Saya sepenuhnya yakin Olimpiade Musim Dingin digelar sesuai jadwal dan berjalan lancar serta sukses," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian dua hari lalu dalam briefing hariannya.
China punya alasan untuk percaya diri karena memang berhasil membendung COVID-19. Bahkan kalau perlu China siap memberlakukan protokol lebih ketat dibandingkan dengan yang diterapkan Jepang dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Baca juga: Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 diperketat akibat pandemi COVID-19
Walaupun demikian sejumlah negara mungkin menghadapi kendala dalam mempersiapkan diri ke Olimpiade tersebut setelah Omicron mengganggu jadwal kompetisi profesionalnya, selain bakal menghadapi kendala dari aturan larangan bepergian lintas batas yang diberlakukan sejumlah negara walaupun China berjanji menjemput sendiri peserta-peserta Olimpiade Beijing 2022.
Di atas itu semua ada kabar baik bahwa masyarakat global termasuk dunia olahraga, sudah sangat mengenal bagaimana menghadapi situasi-situasi sulit akibat pandemi COVID-19.
Kini pilihannya adalah melangsungkan kehidupan seperti biasa dengan mengabaikan Omicron yang mustahil ditempuh negara dan penguasa mana pun di dunia saat ini, atau jalan terus bersama protokol kesehatan yang mungkin lebih keras ketimbang yang diterapkan pada 2020 sampai pertengahan 2021.
Namun langkah berani yang ditempuh penyelenggara kompetisi --seperti NBA yang berencana mewajibkan pemain dan ofisial disuntik booster atau NFL yang mewajibkan lagi masker dan jaga jarak sosial-- bakal menentukan bagaimana olahraga keluar dari jebakan pandemi. Dan itu bisa menginspirasi umat manusia dalam menghadapi COVID-19.
Baca juga: Resmi ditutup, kampung atlet Tokyo Games catat 878 kasus COVID-19
Baca juga: Klopp, Fauci, Omicron dan vaksin COVID-19
Copyright © ANTARA 2021