Jakarta (ANTARA) - Belum genap satu musim kompetisi-kompetisi olahraga di dunia melewati atmosfer lebih cerah dibandingkan sepanjang 2020 ketika turnamen-turnamen dan kompetisi-kompetisi dihentikan beberapa bulan akibat pandemi COVID-19.
2020 selamanya akan dikenang sebagai tahun penuh rangkaian pembatalan kompetisi dan turnamen, stadion yang kosong melompong, sistem gelembung, dan amblasnya pemasukan keuangan yang membuat sejumlah klub gulung tikar.
Kompetisi dan turnamen memang dilanjutkan lagi pertengahan tahun itu tapi hampir seluruhnya dibimbing oleh protokol kesehatan yang sangat ketat, termasuk menerapkan sistem gelembung dan melarang penonton hadir di dalam stadion.
Setelah Olimpiade Tokyo 2020 yang juga dipandu protokol kesehatan super-ketat dan Piala Eropa 2020 yang menjadi turnamen kolosal pertama yang membolehkan penonton hadir di stadion, kompetisi-kompetisi pun membuka lagi pintu-pintu stadion untuk khalayak.
Baca juga: Olimpiade Tokyo usai, ini 5 hal yang perlu diketahui dari Paris 2024
Suasana baru nan meriah pun kembali hadir. Riuh rendah suara penonton kembali menghidupkan stadion-stadion seantero Eropa mulai Old Trafford, Anfield dan Stamford Bridge di Inggris, sampai Nou Camp di Spanyol, Allianz Arena di Jerman, Parc des Princes di Prancis, Stadio Olimpico di Italia, atau Johan Curyff Arena di Belanda.
Atmosfer sama menyelimuti liga dan kompetisi olahraga lainnya, mulai NBA di Amerika Serikat, sampai Liga J di Jepang, hingga turnamen-turnamen besar seperti Grand Slam tenis, Formula 1, sampai Tour de France.
Semua orang lega dan terinspirasi, seolah kehidupan kembali normal, walau pandemi tak kunjung raib sekalipun vaksin hadir di mana-mada. Data terakhir bahkan menunjukkan sudah 57 persen penduduk Bumi mendapatkan setidaknya satu dosis vaksin COVID-19. Total, sudah 8,81 miliar dosis vaksin COVID-19 disalurkan di seluruh dunia dan saat ini 33,88 juta dosis per hari disalurkan ke seluruh dunia.
Rupanya kegembiraan itu tak lama setelah varian baru Omicron yang jauh lebih menular dari varian asli dan varian-varian virus penyebab COVID-19 sebelumnya, menerjang dunia.
Varian yang mulai dikenal di Afrika Selatan sebulan lalu itu juga telah menciptakan gelombang baru infeksi di dunia olahraga. Ratusan atlet semua cabang olahraga dinyatakan positif mengidap virus COVID-19.
Baca juga: Fakta terbaru penyebaran virus corona di seluruh dunia
Akibatnya sejumlah jadwal pertandingan diundur. Kecenderungan ini tak hanya terjadi di Liga Inggris di mana dua pekan lalu sepuluh laga urung digelar, tetapi juga terjadi di Italia, Spanyol, dan lainnya, bahkan mengancam mengganggu kompetisi kontinental Liga Champions, Liga Europa dan Liga Conference Europa.
Omicron juga mengacaukan kawasan lain termasuk AS dan Kanada. 49 pertandingan liga sepakbola khas Amerika, NFL, ditangguhkan, sampai jeda musim pun dimajukan dua hari lebih awal, setelah 200 dari sekitar 2.200 pemain NFL terjangkit COVID-19.
Pun demikian dengan NBA. 70 pemain bola basket, termasuk pebasket-pebasket ternama, dipaksa masuk karantina COVID-19. Situasi ini memicu pemikiran untuk menghentikan sementara kompetisi seperti terjadi pada 2020 yang lalu diikuti semua kompetisi dan turnamen di seluruh dunia, termasuk Olimpiade dan Piala Eropa.
"Sungguh tak aman," kata manajer Chelsea Thomas Tuchel setelah skuadnya dirongrong infeksi COVID-19 yang menggerogoti kekuatan timnya dan merusak ekspektasinya musim ini.
Baca juga: Sepekan terakhir Liga Premier temukan 90 kasus positif COVID-19
Baca juga: Tuchel pusing banyak pemain Chelsea cedera dan terkena COVID-19
Selanjutnya : Olimpiade Musim Dingin
Copyright © ANTARA 2021