Bank kerap mengalami dilema menghadapi permasalahan yang melibatkan unsur orang dalam sehingga pengawasan internal dinilai harus benar-benar diperkuat.
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 60 persen dari kasus "kecurangan" atau "fraud" dalam perbankan diperkirakan melibatkan orang dalam, itu sebabnya sistem pengawasan di dalam tubuh bank sangat penting untuk diperkuat.
"60 persen `fraud` melibatkan orang dalam," kata Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, dalam seminar di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis.
Sigit menuturkan, para nasabah juga harus selalu waspada dalam melakukan penyimpanan di perbankan meski tidak semua orang di perbankan memiliki itikad buruk.
Di sisi lain, ujar dia, bank kerap mengalami dilema menghadapi permasalahan yang melibatkan unsur orang dalam sehingga pengawasan internal dinilai harus benar-benar diperkuat.
Terkait dengan sanksi terhadap bank atas pembobolan yang melibatkan orang dalam, ia menilai hal itu kurang tepat karena bank juga merupakan korban dari kejahatan dari oknum pegawainya sendiri.
Untuk itu, Sigit juga mengutarakan harapannya agar pihak yang memiliki otoritas dapat menilai secara proporsional.
Selain itu, pihaknya juga akan membuat semacam daftar hitam ("black lists") tentang sejumlah bankir nakal sehingga orang-orang tersebut tidak dapat lagi kembali masuk ke industri dunia perbankan.
Sigit mengemukakan niatnya mengusulkan hal ini ke Bank Indonesia, sehingga pihak asosiasi para bankir yang akan berwenang untuk menyaring para bankir nakal tersebut.
"Kami ingin BI membiarkan asosiasi menjatuhkan sanksi kepada perseorangan," katanya.
Menurut dia, hal itu juga akan membuat Bank Indonesia terhindar dari menjatuhkan sanksi yang tidak sesuai.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, mengemukakan setiap bank tetap wajib mengganti uang nasabah yang dibobol dalam suatu kejahatan perbankan yang dilakukan oleh oknum dalam bank tersebut.
Sedangkan mengenai tingkat keamanan, Halim memaparkan bahwa industri perbankan Indonesia masih dalam kondisi aman sehingga para nasabah juga diharapkan tidak panik atas terjadinya kasus pembobolan di beberapa bank.
Ia juga mengakui bahwa kasus pembobolan di dunia perbankan pada saat ini semakin canggih dan para pelakunya juga dapat melihat celah di antara berbagai jasa keuangan seperti bank dan pasar modal.
"Modus operandinya melibatkan perencanaan yang matang," katanya. (M040)
(ANTARA)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011