New York (ANTARA News) - Timor Leste akan menjelaskan secara transparan insiden penembakan tiga warga negara Indonesia di kawasan perbatasan dengan RI, jika PBB meminta keterangan mengenai peristiwa tersebut, terutama dalam sidang Dewan Keamanan mengenai mandat UNOTIL (United Nations Office in Timor Leste) bulan Januari ini.
"Kemungkinan insiden itu akan masuk dalam catatan UNOTIL yang akan disampaikan dalam sidang Dewan Keamanan PBB 23 Januari ini," kata Wakil Tetap Timor Leste untuk PBB, Jose Luis Guterres, di New York, Rabu.
Menurut Guterres, peristiwa-peristiwa yang bisa berpengaruh pada masalah keamanan dan hubungan persahabatan dengan negara tetangga akan mendapat perhatian dari perwakilan PBB di Timor Leste.
PBB sendiri melalui misinya di Timor Leste mulai dari UNMISET hingga UNOTIL, aktif dalam membina aparat negara tersebut hingga bisa benar-benar mandiri.
"Kami perlu menekankan bahwa peristiwa di perbatasan itu merupakan insiden di lapangan dan bukan kebijakan dari pusat," katanya.
"Tidak ada niatan dari Pemerintah Timor Leste untuk merusak persahabatan dengan Indonesia yang terjalin semakin baik," katanya.
Timor Leste juga terus melakukan investigasi atas kasus penembakan tersebut, termasuk jika harus melibatkan staf-staf PBB, misalnya dalam melakukan otopsi.
"Jika ada aparat kami melakukan kesalahan, mereka juga harus mendapat hukuman," kata Guterres yang juga merangkap sebagai Dubes Timor Leste untuk Amerika Serikat.
Insiden penembakan oleh unit polisi perbatasan (Police Border Unit/PBU) Timor Leste itu terjadi pada 6 Januari 2006 yang mengakibatkan tewasnya tiga warga sipil, yakni Stanis Maubere (48), Jose Mausorte (38), dan Candido Mariano (26) ketika sedang mencari ikan di Sungai Malibaca, wilayah perbatasan NTT-Timor Leste.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB telah mengagendakan pembahasan mengenai mandat UNOTIL dalam sidang 23 Januari 2006 nanti.
Dalam sidang itu Presiden Timor Leste Xanana Gusmao akan mendapat kehormatan untuk berbicara mengenai perkembangan di negaranya, terutama sejak berlakunya mandat untuk UNOTIL.
UNOTIL yang dibentuk Mei 2005 merupakan kelanjutan dari Misi Bantuan PBB di Timor Leste (UNMISET) yang telah berakhir. Misi itu diharapkan dapat membantu pemerintah Timtim untuk dapat benar-benar mandiri.
Sesuai dengan mandatnya yang berlaku satu tahun, UNOTIL diwajibkan memberi laporan kerjanya ke Dewan Keamanan setiap tiga bulan.
Guterres mengatakan Presiden Xanana Gusmao juga akan mengadakan pertemuan dengan Sekjen PBB Kofi Annan.
Didampingi Menlu Ramos Horta, Presiden Xanana juga akan ke Washington DC untuk menjadi pembicara di sebuah universitas.
"Tidak ada rencana untuk bertemu Presiden Bush karena ini bukan kunjungan kenegaraan," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006