"Kalau kita lihat tahun ini, defisit migas kita akan mencapai 12 miliar dolar AS. Tapi, surplus nonmigas kita akan lebih dari 45 miliar dolar AS. Saya berkeyakinan bahwa surplus kita tahun ini setidaknya akan mencapai 37 miliar dolar AS," kata Mendag saat menggelar konferensi pers secara hibrida, Kamis.
Mendag memaparkan Indonesia juga akan mencatat rekor tertinggi ekspor tahun ini, di mana hingga November 2021 nilai ekspor RI telah mencapai 209 miliar dolar AS.
Angka tersebut merupakan nilai ekspor tertinggi setelah pada 2011 Indonesia mencetak rekor sebesar 203,5 miliar dolar AS.
Baca juga: Mendag minta jajarannya tingkatkan kinerja surplus neraca perdagangan
"Bisa dibayangkan, kalau ekspor pada Desember konsisten dengan 11 bulan pertama, artinya ekspor Indonesia akan menembus 230 miliar dolar AS," ujar Mendag.
Menurut Mendag, angka tersebut menunjukkan Indonesia akan mencetak rekor dan menandakan ekspor RI kini berevolusi dari ekspor komoditas primer, menjadi komoditas industri pengolahan.
"Jadi, kalau kita lihat tahun 2011 itu tiga dari lima produk yang diekspor adalah komoditas primer atau barang-barang tambang, seperti batubata, karet, dan bijin logam. Tahun ini pertumbuhannya sudah berevolusi menjadi bahan industri," ujar Mendag Lutfi.
Bahkan Mendag tak menyangka bahwa besi baja menjadi salah satu primadona ekspor saat ini, di mana hal tersebut tak pernah terbayang pada 10 tahun yang lalu.
"Produk lain yaitu elektronik, dan yang selalu menjadi pujaan saya adalah otomotif. Jadi ini adalah evolusi yang luar biasa dari Indonesia," ujar Mendag.
Baca juga: Pemerintah diminta jaga surplus neraca dagang
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021