Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dinilai sangat siap memasuki industri telematika berbasis teknologi "cloud computing" (komputasi awan) atau pemanfaatan teknologi komputer berbasis internet.
Demikian salah satu benang merah seminar "Indonesian Cloud Forum: Welcoming the Cloud Era," yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) di Jakarta, Rabu.
Selain Dirut LPPMI Kamilov Sagala, seminar tersebut juga menghadirkan Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Direktur Wholesales & Enterprises PT Telkom Arief Yahya, Direktur Wholesale & Corporate Indosat Fadzri Sentosa, Presdir IBM Indonesia Suryo Wuwignjo, Presiden Huawei Indonesia Li Wenzhi.
Menurut Kamilov, dari hasil kajian LPPMI bahwa cloud computing bermanfaat dalam hal fleksibilitas dan mengurangi biaya dalam perspektif bisnis, serta menawarkan alokasi sumber daya yang dinamis berdasarkan perspektif teknis.
Industri di Indonesia cukup antusias menyikapi tren cloud computing. Setidaknya itu yang tergambar dari hasil sampel kajian terhadap 100 perusahaan di Indonesia yang bergerak di industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK), aktivitas profesional, sosial serta kesehatan.
Adapun responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah perusahaan regional (18,75 persen), nasional (31,25 persen) dan berskala global (50 persen) dengan rata-rata jumlah karyawan 101-500 orang (37,5 persen).
Terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi, pekerja dalam perusahaan yang menangani TIK cukup variatif, namun mayoritas berjumlah kurang dari 5 karyawan (50 persen), dari rata-rata jumlah karyawan 51-100 pegawai.
Meski begitu, Kamilov juga memaparkan, hal-hal utama yang menjadi kekhawatiran responden ketika "public cloud computing" diimplementasikan, antara lain: masalah Security (31,9 persen), Reliability (27,65 persen), Integrasi dengan legacy sistem (12,76 persen).
Sementara itu, Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo Ashwin Sasongko mengungkapkan, fakta menunjukkan sektor pemerintah menjadi salah satu penentu kesuksesan bisnis "cloud computing" di Indonesia.
"Publikasi dari berbagai perusahaan sudah menunjukkan bahwa belanja TI sektor pemerintahan masih mendominasi dan cenderung terus meningkat tajam sehingga menjadi potensi bagi cloud computing," kata Ashwin.
Untuk itu, dalam finalisasi RUU Konvergensi Telematika diharapkan bisnis cloud computing dapat dimasukkan sebagai salah satu bahan pertimbangan dan pengaturan.
Pasar Rp2,1 triliun
Direktur Wholesales & Enterprises Telkom Arief Yahya mengatakan, di era Informasi, Media, dan Edutainment (IME) sebagai pendorong bisnis Telekomunikasi, maka empat sektor menjadi andalan perseroan untuk memasok pendapatan.
Empat sektor itu adalah mobile broadband, Cloud Computing, Home Digital Environment dan Machine to Machine.
"Telkom siap menjadi pemain utama dan pemimpin di bisinis Cloud Computing karena perseroan telah memiliki jaringan infrastruktur yang solid di seluruh nusantara. Bandwidth yang dimiliki Telkom tidak perlu diragukan lagi," ujar Arief.
Diungkapkan, pasar cloud computing di Indonesia pada 2011 baru berkisar Rp2,1 triliun dengan sumbangan "Software as a Services" (SaaS) sebesar 40 persen.
"Telkom sendiri menguasai pasar cloud computing sekitar 70 persen," tegasnya.
Sementara Kepala Bidang Sistem Elektronika Pusat TIK BPPT Mohammad Mustafa Sarinanto menuturkan tantangan penyelenggaraan cloud computing adalah ialah ketersediaan akses.
Menurut Sarinanto, era baru cloud computing ini akan didukung oleh transformasi besar-besaran perangkat mobile broadband yang mulai menjadi tren seperti notebook/netbook hingga komputer tablet.
"Dalam lima tahun ke depan, 25 persen piranti komputasi akan berupa wireless tablet atau netbook. Hari ini, pertumbuhan desktop 5 persen dan notebook 17 persen, turun dari 25 persen. Market share Windows di mobile device sebesar 5 persen, sedangkan Android mencapai 20 persen. Di 2020, orang tidak akan bekerja dengan software yang berjalan di PC mereka, melainkan melalui internet dan aplikasi berbasis cloud dengan device mobile mereka," kata Sarinanto.(*)
(T.R017/S004)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011