Pep menjawab strategi Fergie dengan intuisi. Ia tampil langsung menggebrak karena ia telah melihat hakekat kenyataan dari laga bola.
Jakarta (ANTARA News) - Gelaran final ke-17 kejuaraan antarklub Eropa di Stadion Wembley pada Sabtu (28/5) memanggungkan dua sosok pelatih yang sama-sama berujar, "Terima kasih, Tuhan" bagi keindahan taktik dan kenyamanan sebuah kemenangan. Yang ada, duel!
Keduanya sama-sama berlaku sebagai juru taktik. Josep "Pep" Guardiola (40 tahun) sebagai entrenador Barcelona kini berjuluk pelatih muda sarat talenta di Benua Biru. Sedangkan, Sir Alex Ferguson (69 tahun) yang akrab dipanggil sebagai Fergie bertindak sebagai seorang ayah bagi anak-anaknya di barisan Setan Merah. Keduanya mengusung label "laga memikat dan memesona" karena keduanya sama-sama memiliki "Eros".
Eros, menurut filsuf Yunani klasik Plato, mensyaratkan keindahan agar manusia terpikat dan terikat oleh "yang memesona". Berbekal eros diturunkan paham bahwa dari badan yang indah, manusia dapat meraih jiwa yang indah untuk sampai kepada ilmu yang indah. Ujung-ujungnya, manusia sampai kepada asal mula segala keindahan.
Dihadapkan dengan eros, baik Pep maupun Fergie diteror oleh pertanyaan, apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana kita dapat mengetahuinya? Dalam artikulasi rivalitas dalam Final Liga Champion 2011, atau Pep atau Fergie?
Pep dan Fergie sama-sama mempercayai bahwa segala sesuatunya mengalir (Pantha rhei, kata filsuf Heraklitos). Pada hakekatnya, segala rivalitas memuat keadaan yang saling bertentangan. Kalah dan menang, malam dan pagi, panas dan dingin, hidup dan kematian. Yang ada hanyalah proses.
Ketika menuju proses menjadi juara, Pep dan Fergie menimba pengalaman sebagai ide pokok (Logos) yang mendasari alam semesta bola. Pep cukup banyak mencecap asam garam sebagai pemain dan mengemban nama harum Spanyol sebagai pemegang gelar juara Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010.
Selama tiga tahun berkarier sebagai pelatih La Blaugrana, Pep menyabet sederet gelar bergengsi, yakni Liga Champion (2009), tiga gelar La liga (2009, 2010, 2011), Copa Del Rey (2009), UEFA Super Cup (2009), FIFA Club World Cup (2009).
Taktiknya dipenuhi dengan berbagai atraksi operan cepat yang disebut sebagai tiki-taka. Seluruh punggawanya didaulat bekerja keras dengan dilandasi keindahan dan kelenturan tubuh.
Menghadapi hari penghakiman, Pep terus mempelajari tayangan video dari sejumlah laga United, termasuk pertandingan final di Roma pada 2009 yang dimenangi pasukan Barca. "Kami terus menyaksikan tayangan video itu," katanya. "Waktu itu, mereka mampu mendominasi pertandingan. Babak kedua, kami berusaha memanfaatkan sejumlah peluang," katanya juga.
Pep menyadari bahwa Ferguson akan terus meningkatkan lini pertahanan. "Saya akan melihat tayangan ketika United berhadapan dengan Schalke dalam putaran kedua di Old Trafford. Waktu itu, mereka menang dengan mudah meskipun waktu itu mereka punya sembilan peluang mencetak gol," katanya sebagaimana dikutip dari laman ESPN.
"Saya tidak akan membuat sembilan peluang, karena kami tim yang relatif kecil. Mereka (United) punya sejumlah pemain berkelas, seperti Dimitar Berbatov, Chicharito (Javier Hernandez), Wayne Rooney, Paul Scholes, Ryan Giggs. Dan masih banyak pemain berkelas lainnya," kata Pep yang disebut-sebut mampu mengawinkan gaya dribel-dribel pendel ala Catalan dengan kecermatan bertukar posisi khas polesan legenda Ajax Johan Cruyff.
Sementara, Fergie yang menyandang predikat sebagai manajer brilyan abad ini telah memboyong 47 trofi selama kariernya ke Old Trafford. Pria asal Skotlandia ini mewariskan kepada anak buahnya taktik yang berciri kecepatan dan ketrampilan nomor wahid. Ia mampu meramu agresivitas untuk melindas setiap lawan. Ia berjuluk "a master of the art of mind-games". Mau bukti?
Fergie memosisikan klub asuhannya sebagai "underdog" ketika menghadapi Barca kali ini. "Saya tahu persis bahwa para pemain kini telah bersiap dan berkonsentrasi penuh. Kuncinya, konsentrasi," kata Ferguson.
Bagaimana pendapatnya mengenai salah satu pemain kunci Barca, Lionel Messi? Fergie menjawab, "Kami telah menghadapi Barcelona tiga kali dengan Messi ada dalam timnya. Ada setiap solusi bagi setiap pemain lawan. Mereka punya sejumlah pemain berkelas dan saya yakin Barcelona menyadari betul kelebihan ini."
Messi yang digadang-gadang sebagai pemain ciamik seantero dunia punya kenangan manis ketika mampu menyarangkan gol kedua pada menit ke-70 saat Barca menekuk United dengan 2-0 di Stadio Olimpico pada 27 Mei 2009 di hadapan 62.467 penonton. Akankah sejarang berulang? "Itu masa lalu. Semua laga final akan berbeda. Ini tentu sama sekali berbeda satu sama lain. United telah berubah dalam susunan pemainnya," kata pemain asal Argentina itu.
Kini, atau Pep atau Fergie? Kedua pelatih diuji di hadapan dua filsuf sejarah. Bagi filsuf Schleiermacher, cara manusia memahami dan menafsirkan sesuatu dipengaruhi oleh konteks sejarah. Bagi filsuf Dilthey, yang utamanya adalah mengerti dan memahami segala sesuatu dari dalam.
Berbekal dua filsuf itu, baik Pep maupun Fergie paham bahwa tidak ada kebenaran abadi. Dua-duanya akan menyajikan laga yang sarat dengan paham "semua melawan semua" sebagaimana diutarakan oleh filsuf Thomas Hobbes. Tinggal sekarang menanti seorang raksasa (Leviathan) yang siap menundukkan setiap lawan. Atau Pep atau Fergie?
Bagi Fergie, pekerjaan rumahnya menundukkan keganasan serangan balik Barca. United wajib memperkokoh lapangan tengah untuk mengimbangi manuver tiga serangkai, Xavi Hernandez, Andres Iniesta dan Sergio Busquets. Barca rajanya lapangan tengah, kata pengamat sepak bola Terry Butcher dalam laman Daily Mirror.
Ketenangan dan kesabaran jadi kata kunci bagi United karena Puyol dan Pique kerap kedapatan "out of position". Jika saja United pandai memanfaatkan peluang ini maka mereka dapat menuai kemenangan. Buatlah Messi frustrasi!
Dan Pep menjawab strategi Fergie dengan intuisi. Ia tampil langsung menggebrak karena ia telah melihat hakekat kenyataan dari laga bola. Pep telah belajar dari Newton yang telah lebih dulu melihat bagaimana buah apel jatuh ke bumi karena daya gravitasi di bumi Britania.
Atau Pep atau Fergie? Silakan berlogis ria atau bermatematika ria di partai puncak kompetisi elite Benua Biru. Bola itu matematika dan logika!
(A024)
Pewarta: A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011