Kabupaten Sleman, DIY (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengajak para ibu untuk mengikuti napak tilas sejarah perjuangan para perempuan Indonesia dalam puncak Peringatan Hari Ibu ke-93.
Menteri Bintang mengatakan bukan tanpa alasan pelaksanaan Peringatan Hari Ibu dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Saya ingin mengajak kita semua menapaki kembali jejak sejarah Kongres Perempuan Indonesia pertama yang saat itu dilaksanakan di Ndalem Joyodipuran," ujar Menteri Bintang di Mandala Bhakti Wanitatama Kabupaten Sleman, DIY, Rabu.
Baca juga: Kowani: Perempuan wajib mendidik dan tanamkan jiwa kebangsaan
Dalam acara tersebut, video dokumenter drama tentang pelaksanaan rapat Kongres Perempuan Indonesia pertama serta perjuangan perempuan dari waktu ke waktu ditayangkan.
Sedangkan Menteri Bintang berperan sebagai narator sejarah dalam dokumenter drama tersebut.
Monumen yang berupa gedung tersebut, menurut Menteri Bintang, sungguh bermanfaat bagi perempuan Indonesia untuk berkiprah dalam organisasi, sebagaimana para pendahulu, dan merumuskan langkah strategi perempuan Indonesia ke depan.
Menteri Bintang mengatakan perjuangan perempuan mencapai kesetaraan telah berlangsung jauh sebelum kemerdekaan. Salah satu titik penting perjuangan gerakan perempuan adalah diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tanggal 22 Desember 1928, di Yogyakarta.
Dalam kongres tersebut, 30 organisasi perempuan dan sekitar 1.000 peserta berkumpul untuk menyatukan agenda perjuangan perempuan menjadi agenda perjuangan perempuan Indonesia dan sekaligus agenda perjuangan Bangsa Indonesia.
"Kongres Perempuan Indonesia pertama ini menandai babak baru bangkitnya gerakan perempuan Indonesia dalam berorganisasi secara nasional, tanpa membedakan agama, etnis, dan kelas sosial, dan turut serta membuat keputusan politik tentang arah perjuangan bangsa. Semangat inilah yang diwariskan kepada kita untuk dilanjutkan hingga masa datang," kata dia.
Menteri Bintang mengatakan Kongres Perempuan Indonesia memiliki tujuan sangat mulia, yaitu membuka jalan seluas-luasnya bagi perempuan Indonesia agar dapat berperan sebagai Ibu Bangsa, yaitu perempuan yang turut melahirkan, merawat dan mendidik bangsa, melalui generasi muda berkualitas yang dilahirkannya maupun perannya dalam pergerakan nasional, ikut membuat kebijakan tentang pembentukan bangsa dan negara.
Sehingga, peristiwa sejarah yang penting ini ditetapkan sebagai Hari Nasional pada tahun 1959 oleh Presiden Soekarno, yaitu Hari Ibu.
Baca juga: Menteri PPPA: Peran perempuan strategis capai Indonesia maju
Baca juga: Menteri PPPA: Pentingnya peran Ibu untuk keluar dari krisis COVID-19
Puncak Peringatan Hari Ibu ke-93 diselenggarakan di dua lokasi dwitunggal Kongres Perempuan Indonesia, yang pertama konferensi pers di Ndalem Joyodipuran dan puncak acara di Gedung Mandala Bhakti Wanitama, Kabupaten Sleman, DIY.
Kegiatan berlangsung dengan acara napak tilas sejarah pergerakan kaum perempuan Indonesia dan penayangan dokumentasi drama kegiatan Kongres Perempuan Indonesia pertama.
Dalam acara tersebut dihadiri Wakil Gubernur DIY Paku Alam X, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada periode sebelumnya Linda Gumelar, Istri Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, dan Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021