Keberhasilan IBM itu juga menandai kegagalan Microsoft untuk meyakinkan para investor bahwa perusahaan milik Bill Gates itu masih bisa mendominasi dunia teknologi masa depan seperti yang pernah dilakukannya di masa lampau.
Sebagai perbandingan seorang investor yang 10 tahun lalu menanam masing-masing 100.000 dollar AS di kedua perusahaan itu, kini akan mendapati sahamnya di IBM bernilai 143.000 dollar sementara di Microsoft hanya seharga 69.000 dollar.
Di Amerika Serikat sendiri Microsoft kini hanya menduduki peringkat ketiga jika dilihat dari nilai pasar sementara Apple masih menduduki tempat pertama.
Dalam sejarahnya IBM pernah menguasai industri komputer dunia selama beberapa dekade sampai suatu hari ia menyewa sebuah perusahaan kecil bernama Microsoft untuk membuat sistem operasi pada tahun 1980an.
Momentum itu yang kemudian dimanfaatkan oleh Bill Gates untuk meraih dominasi teknologi dunia sekaligus membuktikan teorinya bahwa piranti lunak lebih bernilai dari perangkat keras. Alhasil pada akhir 1999, nilai pasar Microsof bernilai tiga kali lipar dibanding IBM.
Sepanjang era kebangkitan Microsoft, IBM mulai terpuruk dan ditinggalkan karena dianggap kuno. Tetapi dengan gelembung teknologi internet, roda peruntungan tampaknya telah berputar.
Meski mengalami peningkatan penjualan lebih dari dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir, saham Microsoft justru macet sehingga memantik kritik terhadap Steve Ballmers yang telah menjabat sebagai CEO Microsoft selama 11 tahun.
Meski masih menguasai pasar sistem operasi, Microsoft telah dikalahkan Google di pasar iklan internet, sementara Apple mengalahkannya di bidang telepon seluler cerdas dan komputer tablet.
Sementara itu IBM terus membarui dirinya dengan mengkhususkan diri di bisnis piranti lunak, server, dan konsultan, sementara bisnis di bidang komputer telah dibuangnya jauh-jauh sejak 2002.
Menurut data Reuters, Apple kini ditaksir seharga 309,2 miliar dollar, IBM dengan nilai 203,8 miliar dollar, sementara Microsoft dengan 203,7 dollar. (Ber)
(Ber/S026)
Penerjemah:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011