"Tingginya harga minyak tanah tersebut sangat menghambat roda perekonomian terutama bagi masyarakat yang ada di wilayah hulu pedalaman Kabupaten Kotawaringin Timur," kata Sekretaris Komisi II DPRD Kotawaringin Timur, Ary Dewar, di Sampit, Selasa.
Selain harganya yang tidak terjangkau, minyak tanah juga sangat sulit didapatkan sehingga sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pedalaman beralih ke kayu bakar untuk kebutuhan memasak.
Dirinya mengaku sangat prihatin dengan kondisi tersebut, dan meminta pemetintah daerah dan Pertamina agar mengontrol harga minyak tanah di tingkat agen dan pengecer.
Menurut Ary, kelangkaan minyak tanah di daerah pedalaman itu diketahui saat dirinya melakukan pemantauan hasil pembangunan ke Desa Sungai Ubar, Kecamatan Cempaga Hulu, Kotawaringin Timur.
Harga minyak tanah di tingkat pangkalan di daerah itu sekarang sudah mencapai Rp10 ribu per liter, sedangkan solar mencapai Rp7 ribu hingga Rp9 ribu per liternya.
"Harga BBM di daerah pedalaman Kotawaringin Timur sudah tidak terkendali lagi dan sangat membebani masyarakat," katanya.
Ary mengungkapkan, jika mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) Kotawaringin Timur harga minyak tanah hanya Rp3.500 per liternya, sedangkan yang ada sekarang sudah jauh diluar batas kewajaran.
(ANTARA/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011