New York (ANTARA) - Dolar AS sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena membaiknya sentimen risiko mendorong mata uang berisiko seperti dolar Australia dan pound Inggris lebih tinggi.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terakhir di 96,47, turun 0,03 persen hari ini, setelah tergelincir serendah 96,336 di awal sesi. Indeks, yang naik sekitar 7,0 persen untuk tahun ini, turun 0,1 persen pada Senin (20/12/21) karena para pedagang menjual dolar untuk membukukan keuntungan di hari-hari terakhir tahun ini.
Selera risiko mendapat pukulan pada Senin (20/12/21) setelah Senator AS Joe Manchin, seorang Demokrat konservatif yang merupakan kunci harapan Presiden Joe Biden untuk meloloskan RUU investasi domestik senilai 1,75 triliun dolar AS - yang dikenal sebagai Build Back Better - mengatakan pada Minggu (19/12/2021) bahwa dia tidak akan mendukung paket tersebut, mendorong aksi jual di pasar global.
Kasus virus Omicron yang melonjak juga mendorong investor untuk mencari tempat berlindung yang aman seperti yen Jepang dan franc Swiss.
Saham-saham rebound dan imbal hasil obligasi naik pada Selasa (21/12/2021) karena investor tampak mengabaikan kemunduran baru-baru ini.
"Kami memperkirakan perdagangan dengan kisaran yang lebih luas akan diperpanjang selama periode liburan," Shaun Osborne, kepala strategi valas di Scotiabank, mengatakan dalam sebuah catatan.
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko bangkit pada Selasa (21/12/2021), menghentikan pelemahan dua hari berturut-turut menjadi diperdagangkan naik 0,60 persen.
Rebound dalam selera risiko global juga mendorong pound Inggris naik terhadap dolar dan euro, bahkan ketika Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan bahwa tindakan penguncian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengatasi penyebaran virus.
Meskipun greenback terlihat lesu minggu ini, indeks dolar masih mendekati level tertinggi 16-bulan di 96,938 yang dicapai pada akhir November. Investor tetap bullish pada prospek greenback, dengan data posisi terbaru mendekati level tertinggi dalam lebih dari dua tahun.
Pernyataan hawkish Federal Reserve pekan lalu bahwa pihaknya akan mempercepat penghentian pembelian asetnya, membuka jalan bagi kenaikan suku bunga tiga perempat poin persentase pada tahun 2022 - diperkirakan akan menjaga dolar tetap didukung dengan baik.
"Kami terus mengantisipasi kenaikan dolar AS dan dolar Kanada terhadap mata uang utama di tahun baru karena investor mengandalkan kebijakan moneter yang lebih ketat yang diperkenalkan masing-masing oleh Fed dan bank sentral Kanada," kata Osborne.
Kelesuan ekonomi Kanada yang disebabkan oleh pandemi virus corona telah berkurang secara substansial, Gubernur bank sentral Kanada mengatakan pada Selasa (21/12/2021), tanda utama bank sentral akan segera mulai menaikkan suku bunga. Dolar Kanada naik sekitar 0,2 persen pada hari itu.
Dalam perdagangan lain, lira Turki naik sekitar 7,0 persen terhadap dolar AS, memperpanjang pemulihan bersejarahnya dari rekor terendah setelah Presiden Tayyip Erdogan meluncurkan sebuah rencana yang katanya akan menjamin simpanan mata uang lokal terhadap fluktuasi pasar.
Di pasar uang kripto, bitcoin terangkat 3,5 persen menjadi 48.558 dolar AS setelah cenderung turun selama beberapa minggu terakhir.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021