Brussels (ANTARA News) - Prancis dan Inggris akan mengirim helikopter-helikopter tempurnya untuk menyerang pasukan pemimpin Libya Muamar Gaddafi, kata para menteri Prancis, Senin, dalam satu perubahan taktik dua bulan dalam perang udara NATO di Libya.
Pakta Pertahanan Atlantik Udara (NATO) mengatakan pihaknya telah serius untuk merontokkan mesin militer Gaddafi dengan serangan-serangan tanpa henti dari jet-jet tempur, namun belum memberikan pukulan maut terhadap rezim yang masih bertahan di Tripoli sementara pemberontak mengendalikan wilayah timur.
Helikopter-helikopter, senjata yang belum digunakan oleh NATO di Libya, akan membantu aliansi Barat menyerang aset-aset militer rezim yang tersembunyi di daerah perkotaan dengan menghindari korban sipil, kata para menteri Prancis.
Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppe, di sela-sela rapat para menteri luar negeri dan pertahanan Uni Eropa di Brussels, mengatakan bahwa Paris mengirim kelas helikopter Tigre dan Gazelle dalam satu kapal induk.
Juppe mengatakan, helikopter-helikopter Prancis akan memungkinkan NATO "untuk beradaptasi terbaik pada kapasitas serangan-serangan kami di lapangan dengan cara (pelaksanaan) serangan yang lebih tepat".
Perancis dan Inggris, yang bersama dengan Amerika Serikat melancarkan serangan pertama terhadap rezim Libya pada 19 Maret telah berulang kali menganjurkan intensifikasi serangan.
Menteri Pertahanan Perancis Gerard Longuet mengatakan secara terpisah bahwa London akan mengerahkan helikopter yang ada di kapal induk HMS Ocean sesegera mungkin.
"Lebih cepat lebih baik adalah apa yang Inggris pikirkan," katanya.
Dia menambahkan bahwa ia telah membicarakan hal itu dengan Gerald Howarth, menteri Inggris untuk strategi keamanan internasional yang menghadiri pembicaraan Brussel.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan menambahkan, "Seperti halnya kampanye militer, kami terus-menerus meninjau pilihan kami bersama sekutu untuk meningkatkan kemampuan yang tersedia pada NATO untuk mendukung Resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB."
Jet-jet tempur telah "menentukan" dalam serangan, tetapi mereka tidak cocok untuk mencapai target jarak dekat seperti amunisi dan truk-truk bahan bakar, terutama di daerah-daerah penduduk tempat mungkin ada risiko yang lebih tinggi warga sipil tersakiti, katanya.
Howarth membatalkan konferensi pers di Brussels dan seorang juru bicara pemerintah Inggris menolak untuk mengkonfirmasi apakah helikopter London dikerahkan.
Dia mengatakan London secara rutin meninjau aset-aset militer "dalam rangka mematuhi" resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengijinkan penggunaan kekuatan untuk melindungi warga sipil dari serangan.
"Kami tidak biasa berbicara mengenai misi baru kita sampai mereka bertindak," kata juru bicara itu.
"Strategi kami adalah meningkatkan tekanan militer beberapa minggu berikutnya sementara pada saat yang sama bergerak maju di jalan menuju solusi politik," kata Juppe.
Di Paris, pihak militer mengatakan kapal induk BPC Tonnerre telah berangkat dari pelabuhan Toulon, Prancis Mediterania, pada 17 Mei.
BPC dapat membawa 16 Tigre atau jenis yang lebih besar 12-ton helikopter NH-90, 750 tentara dan sejumlah kendaraan lapis baja untuk meluncurkan serangan amfibi.
Surat kabar Le Figaro mengatakan, kapal induk pembawa helikopter-helikopter modern telah meninggalkan Toulon dengan 12 helikopter di atas kapal dengan tujuan untuk suatu operasi di Libya.
NATO telah memobilisasi sekitar 200 pesawat, mulai dari pesawat pengintai, pengisian bahan bakar di udara dan jet-jet tempur, sebagai bagian dari misi di Libya, termasuk menegakkan embargo senjata dan zona larangan terbang.
Pesawat-pesawat ini telah dilakukan hampir 7.900 serangan, termasuk lebih dari 3.000 serangan yang ditujukan pada target-target yang telah diidentifikasi atau target-target serangan, sejak NATO mengambil alih komando dari koalisi yang dipimpin Amerika Serikat, Perancis dan Inggris pada 31 Maret. (AK/C003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011