Jakarta (ANTARA News) - Ketua Fraksi Fraksi PKB DPR RI Marwan Ja`far menolak anggapan dan penilaian bahwa seolah-olah Orde Baru lebih baik dibanding saat ini.
Marwan kepada pers di Jakarta, Senin mengemukakan, jika hasil survei Indo Barometer yang mengatakan masyarakat rindu kepada Orde Baru (Orba) dipercaya, maka ada yang salah dengan memori kolektif bangsa ini.
"Terlebih jika hasil survei menunjukkan bahwa Orba lebih baik dari Orde Reformasi, maka sudah pasti bangsa ini terkena penyakit amnesia sejarah," katanya.
Validitas survey Indo Barometer masih perlu diperdebatkan menyenagkut metode, sampel maupun kebenaran teknik penelitiannya. Bisa jadi penelitian ini kurang valid atau bahkan menyimpan kepentingan tertentu. "Tetapi perlu disadarkan bahwa hasil penelitian itu menyesatkan, karena keruwetan politik maupun ekonomi yang sudah 13 tahun ini coba diperbaiki oleh Orde Reformasi adalah buah karya otoriterianisme Orba selama 32 tahun," katanya.
Dia meminta Indo Barometer untuk tidak memelintir hasil penelitiannya dengan memanipulasi masyarakat. "Coba Indo Barometer buat survei lagi dengan pertanyaan `maukah rakyat diperintah kembali oleh rezim otoriterianisme Orba yang tidak membolehkan orang berbeda pendapat atau mengkritik pemerintah dan berdemonstrasi menuntut haknya?` Hampir bisa dipastikan jawabannya mayoritas responden (99 persen) akan menolaknya," katanya.
Menurut Marwan, bagaimanapun juga Orde Reformasi sangat jauh lebih baik dibanding rezim Orba dalam banyak hal, mulai dari kebebasan berdemokrasi dan berpolitik, kemudahan orang memperoleh informasi publik, kesempatan untuk berusaha dan berkarya yang lebih equal, kesamaan di depan hukum dan perundang-undangan.
"Jika capaian pembangunan di era reformasi belum seperti yang diharapkan oleh rakyat, maka itu bukan alasan untuk merindukan Orba," kata Ketua DPP PKB ini.
Menurut Marwan, terlepas benar atau tidak hasil survei tersebut, ini juga menunjukkan bahwa reformasi telah "dicuri" oleh kekuatan politik-ekonomi oligarkhi Orba yang menyusup ke setiap elemen politik dan
ekonomi dengan membajak demokrasi dan pembangunan untuk melanggengkan kekuasaan politik dan ekonomi mereka.
"Karena itu, hasil survei ini dan semangat 21 Mei sebagai bulan lahirnya reformasi hendaknya dijadikan momentum untuk rekonsolidasi semua kekuatan reformasi dengan membersihkan bangsa ini dari anasir-anasir Orba yang kini telah berganti baju reformis," katanya.
Selain itu, menjadi kewajiban semua stakeholder bangsa untuk menjawab hasil survei tersebut dengan kerja keras untuk kembali bersungguh-sungguh mengemban amanat reformasi dan kembali bergandengan tangan bekerja sama mewujudkan demokrasi, hukum dan politik bagi upaya semaksimal mungkin kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
"Jadikan hasil survei sebagai otokritik untuk memperbaiki diri agar lebih baik lagi dalam memperjuangkan kepentingan dan nasib rakyat, bagi para pemimpin inilah momentum untuk menunjukkan kepada publik apakah kepemimpinannya memberikan manfaat bagi rakyatnya," katanya.
Bagi para pengusaha inilah momentum untuk mempertanyakan kepada diri mereka apakah bisnisnya hanya menguntungkan diri dan kroninya dengan mengorbankan hak dan kepentingan rakyat. "Intinya kita semua harus mawas diri, introspeksi agar ke depan khidmat kita kepada bangsa dan rakyat Indonesia semakin lebih baik, lebih bermanfaat dan jauh berbeda dengan perilaku para antek Orba yg hingga kini masih terus menggerogoti reformasi," katanya. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011