Keberadaan varian Omicron sudah merupakan ancaman yang dekat dan nyata yang harus kita antisipasi sejak saat ini.

Jakarta (ANTARA) - Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Penanganan COVID-19 Pemerintah Prof Wiku Adisasmito menekankan bahwa cakupan vaksinasi yang tinggi tidak menghalangi varian Omicron untuk menjadi ancaman yang dekat dan nyata bagi Indonesia.

“Keberadaan varian Omicron sudah merupakan ancaman yang dekat dan nyata yang harus kita antisipasi sejak saat ini. Saat ini, terdapat beberapa data yang menunjukkan negara dengan cakupan vaksinasi dosis lengkap, nyatanya masih dapat mengalami kenaikan kasus,” kata Wiku dalam Keterangan Pers Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Wiku menegaskan saat ini negara perlu benar-benar waspada terhadap COVID-19 khususnya Omicron, meskipun cakupan vaksinasi di Indonesia telah mencapai 39 persen untuk dosis lengkap dari vaksin COVID-19.

Hal itu disebabkan karena banyak negara maju dengan cakupan vaksinasi yang lebih tinggi dari Indonesia, masih dapat mengalami kenaikan jumlah kasus positif sekaligus angka kematian akibat COVID-19.
Baca juga: MPR: Butuh strategi pengendalian menyeluruh atasi varian Omicron

Wiku menuturkan kenaikan kasus tersebut telah terjadi di Amerika Serikat yang memiliki cakupan vaksinasi dosis lengkap sebesar 61 persen, Norwegia dengan 71 persen serta Korea Selatan yang telah mencapai dosis lengkap sebesar 92 persen.

Selain itu, negara harus lebih waspada karena banyak negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, dan Australia sudah mengonfirmasi ditemukan adanya varian baru tersebut. Menyebabkan Omicron berada sangat dekat dengan Indonesia.

Kewaspadaan yang lebih ditingkatkan itu sangat diperlukan, mengingat perubahan karakteristik pada varian Omicron yang berpotensi memperparah kondisi pandemi di dunia saat ini masih diteliti.

“Hasil penelitian awal menunjukkan gejala yang ditimbulkan cederung ringan, sedangkan dampaknya pada vaksin dan alat uji diagnostik masih ditelaah lebih lanjut. Fenomena ini seyogianya dijadikan pembelajaran bersama bahwa strategi vaksinasi dalam penanganan pandemik COVID-19 tidak bisa berdiri sendiri,” kata dia lagi.

Meskipun kondisi kasus positif COVID-19 di Indonesia terus konsisten mengalami penurunan yang didukung oleh antusias vaksinasi yang tinggi, namun dia menyayangkan vaksinasi tidak bisa bekerja sendiri memerangi Omicron apabila tidak diimbangi dengan disiplin protokol kesehatan.

“Penularan hanya dapat dicegah dengan disiplin protokol kesehatan dan kebijakan pelaku perjalanan internasional yang ketat,” kata Wiku.
Baca juga: AS umumkan kematian Omicron pertama
Baca juga: KPAI minta orang tua waspadai Omicron jelang libur akhir tahun

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021